@mastersthesis{digilib12660, month = {July}, title = {TAWASUL DALAM PRESPEKTIF SYEKH MUHAMMAD BIN ?ALWI AL-MALIKI}, school = {UIN SUNAN KALIJAGA}, author = {NIM. 1120510031 IBNU FARHAN, S. FIL. I.}, year = {2013}, note = {Pembimbing: Dr. H. Syaifan Nur, M.A.}, keywords = {Tawasul, Wahhabi, Epistimologi}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/12660/}, abstract = {Hegemoni Aliran Wahhabi di Arab Saudi setelah penaklukannya pada tahun 1924, memaksakan adanya upaya penyeragaman prilaku umat Islam yang berada di sana. Salah satu bentuk penyeragaman tersebut adalah dilarangnya umat Islam untuk melakukan praktik tawasul ketika mereka melakukan ziarah ke Makkah dan Madinah. Dalam pandangan Wahhabi praktik tawasul disamakan dengan penyembahan terhadap berhala pada masa jahiliah, sehingga keberadaannya tidak lagi diperbolehkan. Pendapat Wahhabi mengenai tawasul ini kemudian dikritik oleh salah satu ulama Arab Saudi bernama Syekh Muhammad bin ?Alwi al-Maliki. Tujuan Penelitian ini untuk menjelaskan bagaimana tawasul dalam prespektif Syekh Muhammad bin ?Alwi al-Maliki dan epistimologi yang digunakan olehnya berkaitan dengan persoalan ini. Dengan demikian, maka akan terlihat bagaimana perbedaan tawasul menurut Wahhabi dan tawasul menurut Syekh Muhammad bin ?Alwi al-Maliki. Jenis penelitian ini adalah kepustakaan atau libary research. Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan filosofis yaitu proses rasional dalam pembentukan ide dan gagasannya terdapat peran akal dalam melakukan refleksi pengalaman sebelum akhirnya mencapai sebuah kesimpulan. Kemudian penelitian ini diolah menggunakan content analysis yaitu sebuah analisis terhadap kandungan isi yang tidak akan lepas dari interpretasi atas sebuah karya. Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa tawasul dalam prespektif Syekh Muhammad bin ?Alwi al-Maliki berarti penggunaan perantara untuk mencapai tujuan yang dikehendaki. Selama umat Islam yang mengamalkan praktik tersebut tidak menyakini adanya kemandirian perantara di dalam memberikan manfaat dan madarat, kecuali bahwa itu merupakan pemberian Allah, maka selama itu pula umat Islam tetap berada pada tauhid yang benar. Selain itu epistimologi yang digunakan oleh Syekh Muhammad bin ?Alwi al-Maliki dalam persolan ini adalah perpaduan antara epistimologi bayani dan ?irfani. Arti dari epistimologi ini adalah cara berfikir yang menganggap teks keagamaan sebagai sumber kebenaran, namun juga sangat mengapresiasi teks-teks keagamaan yang berisikan pengalaman langsung meskipun bertentangan dengan akal sehat. Kata Kunci: Tawasul, Wahhabi, Epistimologi} }