TY - THES N1 - PEMBIMBING: DRS. BACHRUM BUNYAMIN, MA ID - digilib1275 UR - https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/1275/ A1 - ARYANI KUSUMAJATI - NIM. 04111704 , Y1 - 2008/07/21/ N2 - ABSTRACT Mawqifu wada' dalam antologi cerpen Syahrul 'Asl merupakan salah satu karya yang menarik perhatian penulis karena kedua tokoh utama dalam karya ini memiliki sifat yang bertolak belakang satu sama lain. Secara garis besar jika diaplikasikan sesuai teori Peter Salovey dan Jack Mayer sebagai pencipta istilah 'kecerdasan emosional', maka karya ini menunjukkan seorang tokoh bernama Abdul Qawi dengan kecerdasan emosional rendah, begitu pun sebaliknya Abdul Wahid dengan kecerdasan emosional tinggi. Dalam bahasa sehari-hari, kecerdasan emosional biasanya disebut sebagai 'akal sehat'. Hal ini terkait dengan kemampuan membaca lingkungan politik dan sosial, dan menatanya kembali; kemampuan memahami dengan spontan apa yang diinginkan dan dibutuhkan orang lain, kelebihan dan kekurangan mereka; kemampuan untuk tidak terpengaruh oleh tekanan; dan kemampuan untuk menjadi orang yang menyenangkan, yang kehadirannya didambakan orang lain. Abdul Qawi yang memilki kecerdasan emosi cenderung lebih rendah daripada Abdul Wahid, akhirnya memutuskan untuk tetap meneruskan tugasnya setelah mempertimbangkan antara melarikan diri dari tugas dan hidup tanpa kendali aturan yang mengikat atau meneruskannya. Dia memilih meneruskan tugas karena di depannya terdapat jalan yang dapat memberikan petunjuk untuk tugasnya tersebut yaitu dengan menaiki pesawat yang dibawa oleh Nuh, dia dapat mengetahui arah selatan yang menjadi satu-satunya petunjuk dalam melaksanakan tugasnya. Jika dilihat dalam cerita tersebut, Abdul Qawi yang selalu bernada ketus kepada sahabatnya dan mementingkan kesenangannya sendiri serta tanpa berpikiran panjang, maka hal tersebut sesuai dengan keputusan yang diambil. Tampaknya dia tidak mau menanggung resiko yang mungkin lebih besar, hal tersebut benar-benar menunjukkan bahwa tokoh dengan kecerdasan emosi rendah hanya mementingkan kenikmatan bagi dirinya sendiri. Sedangkan yang terjadi pada tokoh Abdul Wahid berlawanan dengan sahabatnya. Seolah menginginkan kehidupan yang nyata, dia percaya dimana pun orang hidup tidak akan pernah dapat lari dari aturan yang mengikat. Karena dia menginginkan sesuatu yang jelas, maka dengan pemikirannya yang panjang dia memutuskan untuk melepaskan tugas yang dimiliki bersama sahabatnya karena tugas tersebut tidak memiliki kejelasan sama sekali. Tugas yang hanya berada di dalam sebuah amplop yang tidak boleh mereka buka sebelum sampai di tempat tujuan yang tidak jelas, karena hanya arah selatan yang menjadi satu-satunya petunjuk yang mungkin saja akan membahayakan diri mereka sendiri. PB - UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta KW - Syahrul 'Asl KW - antologi KW - cerpen KW - kecerdasan emosional M1 - skripsi TI - AL QISHAH AL QASHIRAH MAWQIFU WADA' LI NAJIB MAHFUZ DIRASAH TAHLILIYAH SIKULUJIYAH AV - restricted ER -