%A NIM. 09530013 RAFI’UDDIN %O Pembimbing: Ahmad Rofiq, M.Ag %T PEMBACAAN AYAT-AYAT AL-QUR’AN DALAM UPACARA PÉRÉT KANDUNG (STUDI LIVING QUR’AN DI DESA POTERAN KEC. TALANGO KAB. SUMENEP MADURA) %X Dalam pelaksanaan upacara Pérét Kandung di Desa Poteran ada pembacaan al-Qur’an oleh masyarakat. Pembacaan al-Qur’an tersebut menjadi rutinitas setiap upacara Pérét Kandung dengan beragam resepsi dan pemaknaan oleh masyarakat. Al-Qur’an menjadi bagian dalam kehidupan mereka. Membaca al-Qur’an menjadi nilai bersama dalam suatu masyarakat yang diimplementasikan dalam aktivitas kebudayaannya. Oleh karena itu, kajian-kajian semacam ini perlu dilakukan untuk menambah wawasan keilmuan keislaman serta mengetahui fenomena pembacaan al-Qur’an di ruang sosio-kultural masyarakat muslim. Dalam penelitian ini dibatasi pada dua masalah penting yang perlu diteliti. Pertama, bagaimana fenomena pembacaan ayat-ayat al-Qur’an dalam upacara Pérét Kandung? Kedua, bagaimana pemaknaan masyarakat terhadap pembacaan al-Qur’an yang digunakan saat upacara Pérét Kandung? Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yaitu studi kasus terhadap pelaksanaan upacara Pérét Kandung di Desa Poteran Kecamatan Talango Kabupaten Sumenep Madura. Peneliti menggunakan tiga metode dalam proses pengumpulan data. Pertama, Observasi secara terlibat selama pelaksanaan upacara Pérét Kandung. Kedua, interview (wawancara) dengan beberapa masyarakat yang menjadi informan mengenai upacara Pérét Kandung dan resepsi Masyarakat terhadap al-Qur’an. Ketiga, dokumentasi untuk mendukung data yang diperoleh selama observasi dan interview. Upacara Pérét Kandung merupakan upacara selamatan kandungan setiap usia kehamilan mencapai tujuh bulan di Desa Poteran. Dalam pelaksanaannya, upacara Pérét Kandung juga dibacakan al-Qur’an. Ada tujuh surat al-Qur’an yang dibaca saat upacara Pérét Kandung, yaitu, surat Luqman, surat Yusuf, surat Maryam, surat Yasin, surat Sajadah, surat Waqi’ah dan surat Fathir. Ada tiga resepsi masyarakat yang ditemukan terhadap ketujuh surat tersebut ketika digunakan ketika upacara Pérét Kandung. Pertama, secara simbolis. Masyarakat memaknai secara simbolis terhadap ketujuh surat yang dibaca. Kedua, dianggap sebagai praktik religius. Masyarakat membaca ketujuh surat tersebut sebagai praktik keberagamaan. Ketiga, sebagai tradisi material. Masyarakat membaca ketujuh surat tersebut dalam upacara Pérét Kandung hanya sekedar tradisi yang sudah berkembang di masyarakat. Secara konstruksi pengetahuan masyarakat mengenai pembacaan ayat-ayat al-Qur’an terbentuk melalui proses internalisasi, eksternalisasi dan internalisasi. %K PEMBACAAN AYAT-AYAT AL-QUR’AN,UPACARA PÉRÉT KANDUNG %D 2013 %I UIN SUNAN KALIJAGA %L digilib12938