@phdthesis{digilib1304,
           month = {April},
           title = {PENAFSIRAN SYUKUR DALAM TAFSIR AL-SYA?RAWI},
          school = {UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA},
          author = {NIM.: 02531109 Junnatul Khasinah},
            year = {2008},
            note = {Pembimbing I : Dr. H. Muhammad Chirzin, MA},
        keywords = {syukur; al-Sya?rawi; tafsir},
             url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/1304/},
        abstract = {Penelitian ini berjudul  Penafsiran Syukur dalam Tafsir al-Sya'rawi quot;. Kata syukur dan turunannya disebut tujuh puluh lima kali dalam al-Qur'an. Banyaknya kata tersebut menunjukkan bahwa kata syukur itu penting. Syukur adalah satu model interaksi hamba kepada Allah atas nikmat dan rizki-Nya. Oleh karena itu, syukur menjadi konsep keagamaan dalam kehidupan (teologissosiologis). Sebagai sebuah kata, kata syukur memiliki beragam makna apalagi tatkala ditafsirkan oleh para mufasir yang memiliki latar belakang sosio-historis yang berbeda. Al-Sya'rawi, salah satu mufasir kontemporer yang telah menulis Tafsir al-Sya'rawi, menunjukkan hal ini, bahwa kehidupan sosio-historis dan kulturalnya telah membentuk dirinya untuk menafsirkan al-Qur'an sesuai dengan kebutuhan masyarakat, tidak terkecuali ketika al-Sya'rawi menafsirkan kata syukur. Penelitian ini mencoba menjawab pertanyaan bagaimana konsep syukur menurut al-Sya'rawi an bagaimana aplikasi dan manfaat syukur menurut al-Sya'rawi serta kekurangan dan kelebihan dalam menafsirkan kata syukur. Jenis penelitian ini adalah kepustakaan (library research) dengan sifat deskriptif-analitis. Data-data yang bersumber dari Tafsir al-Sya'rawi akan diuraikan secara mendetail, baru kemudian ditarik kesimpulan. Penelitian ini menggunakan dua pendekatan, yakni pendekatan normatif yang dirangkai dengan pendekatan filosofis. Hasil penelitian menyatakan bahwa konsep syukur menurut al-Sya'rawi adalah pengakuan atas nikmat dari pemberi nikmat (mun'im) dengan ketundukan. Syukur dilakukan ketika seseorang mendapatkan nikmat dan anugerah dari Allah (Fadl). Syukur diwujudkan dalam ucapan (bi al-lisan), badan (bi al-badan), hati, (bi al-qalb) dan harta (bi al-mal). Sebagai sebuah perwujudan terima kasih atas nikmat Allah, maka manfaat terhadap sikap syukur menjadikan Allah menambahi nikmatnya secara terus menerus dan mengantarkan pelakunya pada pemantapan iman. Aplikasi syukur dilakukan ketika seseorang pertama, mensyukuri semua nikmat yang Allah berikan. Kedua, bersyukur ketika mendapatkan nikmat dan ketiga, bersyukur ketika mendapatkan sebagian dari nikmat itu sendiri (aljuz'iyyat al-ni'mah al-wahidah). Syukur merupakan respons manusia paling awal atas Allah yang telah memberikan nikmat, kemudian manusia melanjutkan respons tersebut dengan beriman. Oleh sebab itu kata syukur ditulis terlebih dahulu daripada iman sebagaimana terdapat dalam Q.S. al-Nisa' (4): 147. Apabila syukur dilaksanakan sebagaimana disebutkan di atas, maka syukur itu tidak hanya mendatangkan tambahan nikmat, namun syukur itu merupakan sebuah nikmat tersendiri. Sebaliknya, jika manusia tidak mau bersyukur maka dia mengingkari nikmat Allah atau kufur dan balasannya adalah azab yang Pedih. Sebagai sebuah kitab tafsir, Tafsir al-Sya'rawi memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya adalah memadukan metode tahlilidan maudu'i, berangkat dari kebutuhan masyarakat, sehingga ide-idenya membumi, tidak melepaskan tradisi dan pendapat ulama-ulama terdahulu. Terdapat pengembangan dalam pembagian syukur yakni syukur bi al-mal. Kekurangankekurangannya di antaranya tidak adanya sebuah referensi ketika terdapat penyebutan sebuah pendapat ulama lain. Tidak adanya perhatian terhadap sanad hadis.}
}