%0 Thesis %9 Skripsi %A MURSYIDI LATIF - NIM. 02531006, %B Fakultas Ushuluddin %D 2008 %F digilib:1329 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Manqul, Ma'qul, Juz 'Amma %T MANQUL DAN MA'QUL DALAM TAFSIR JUZ 'AMMA KARYA MUHAMMAD ABDUH %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/1329/ %X ABSTRAK Muhammad Abduh adalah Mufassir dari Mesir yang mempunyai metode baru dalam upaya menafsirkan al -Qur'an. Dia menggagas penafsiran ayat-ayat al-Qur'an dengan mengoptima lkan kemampuan akal secara mendalam dan objektif, dengan tanpa mengesampingkan wahyu. Hasil pemikirannya menjadikan dia kharismatik sepanjang sejarah sekaligus kontroversi. Ini cukup menarik, mengingat pada masa hidupnya kondisi umat Islam secara um um masih terbelenggu fanatisme mazhab yang berimbas cenderung kurang objektif dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur'an. Fakta membuktikan, sampai saat ini penafsiran dengan menggunakan akal serta batas -batasnya masih menuai perdebatan dan tetap hangat menjadi pembahasan dikalangan peneliti di bidang tafsir. Penelitin ini mengambil judul Manqul dan Ma'qul dalam Tafsir Juz Amma karya Muhammad Abduh. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan manqul dan ma'qul yang diterapkan oleh Abduh dalam Tafsir Juz Amma, kemudian menampilkan perbandingan porsi secara kuantitas dan kualitas. Metode penelitian skripsi ini adalah deskriptif-analitis, menggunakan corak berpikir induktif-deduktif. Pendekatan yang digunakan adalah tematik karena penelitian ini mengungkap penafsiran Muhammad Abduh pada sisi manqul dan ma'qul. Pembahasan secara rincinya penulis bagi ke dalam beber apa aspek berdasarkan isi ayat yang ditafsirkan, yaitu aqidah, ibadah, maksiat, qasas, penciptaan manusia, dan fenomena alam. Kemudian membandingkan jumlah secara kuantitas dan secara kualitas antara bi al-manqul dan bi al-ma'qul sehingga akan diketahui kecenderungannya. Metode yang digunakan Abduh dalam tafsirnya ini adalah tah}lily. Beliau menerangkan per ayat, kemudian beliau bahas lagi makna kata-kata yang menjadi kunci dari ayat tersebut sesuai keilmuan beliau. Saat menafsirkan ayat -ayat tertentu, beliau menggunakan qiyas perumpamaan, qaul amp;#8216;Arab syair-syair, kaedah-kaedah Bahasa Arab (analisa bentuk penggunaan kata dalam kalimat), dan juga beberapa pendapat mufassir yang beliau anggap sejalan dengan pemikirannya. Namun kadang-kadang Abduh juga menyebutkan pendapat lain yang tidak sejalan, untuk mengkritik dan memberi solusi sesuai penafsiran dengan pendapat beliau. Muhammad Abduh saat bersinggungan dangan ayat-ayat tentang sesuatu yang gaib atau wilayah Aqidah, jika tidak ada data/informasi penguat landasan berpikirnya, maka ia mengambil sikap tidak memperluas penafsirannya dan mengimani secara langsung. Namun , ketika beliau masih mendapatkan data/informasi dan menurutnya bisa dijadikan argumen berfikirnya, maka beliau mengambil sikap tetap berusaha merinci/ memperluas penafsirannya terlebih dahulu sebelum menyerahkan hakekat makna kepada Allah Swt dan menganjurkan untuk mengimaninya. Dalam proses menggali makna kata/ayat, bagi Abduh akal sangat berperan penting. Bagi Abduh, akal wajib diperankan secara optimal untuk menganalisa setiap materi pembahasan dengan bantuan ilmu pengetahuan atau riset sebagai penduk ung, sedangkan tawakal adalah pilihan terakhir setelah akal dan semua perangkat pendukung tidak mampu menjangkaunya. %Z Pembimbing I : Prof. Dr. H. Muhammad, M.Ag. ; Pembimbing II: Drs. Afdawaiza, M.Ag.