<> "The repository administrator has not yet configured an RDF license."^^ . <> . . . "\r\nRETHINKING AL-AMR BI L-MA‘RUF WA N-NAHY ‘AN AL-MUNKAR:\r\nETIKA POLITIK DALAM BINGKAI POST-ISLAMISME\r\n"^^ . "\r\nAda perasaan sedih saat menangkap kesan ketidakpercayaan atau keheranan beberapa peserta\r\nworkshop agamawan non-Muslim di Kaliurang pada paruh akhir dekade 2000-an terhadap\r\npresentasi saya yang mendiskusikan amar ma‘ruf dan nahy munkar dengan gambaran yang positif.1\r\nDalam bayangan mereka konsep ini terkait dengan penggunaan kekerasan atas nama agama,\r\nsebagaimana yang mereka lihat di televisi di mana sekelompok orang berbaju putih-putih dengan\r\ngarang membawa pentungan, batu atau bahkan parang merusak kafe, restoran, atau hotel atau\r\nmenyerang kelompok-kelompok keagamaan yang mereka pandang “sesat”. Dengan meneriakkan\r\n“Allahu akbar” mereka melakukan kekerasan. Saya tidak menyalahkan mereka itu, dan banyak orang\r\nlainnya, karena fakta itu memang ada, dan bahkan setelah Reformasi, fenomena ini menjamur di\r\nmana-mana. Saya sedih karena betapa ajaran profetik yang luhur ini telah dipahami oleh sebagian\r\nsaudara seiman saya sebagai ajaran yang menghalalkan cara-cara kekerasan yang menurut standard\r\netika publik tidak dapat diterima sebagai perilaku orang beriman. Bukan hanya non-Muslim, banyak\r\norang tua Muslim pun khawatir terhadap gejala semacam ini, karena anak-anak mereka dapat saja\r\nberanggapan bahwa begitulah seharusnya Muslim yang baik, suka melakukan kekerasan. Ajaranajaran\r\nkebaikan dan akhlak luhur yang mereka ajarkan di rumah, atau diajarkan di sekolah, TPA dan\r\nmasjid, rontok hanya karena melihat tayangan kekerasan di televisi-televisi, di koran dan di internet.\r\nHal ini ditambah dengan “pembiaran” negara terhadap kasus-kasus kekerasan semacam itu.\r\nIntelejen dan polisi sudah mengetahui aksi-aksi kekerasan akan terjadi, namun mereka sebagai aparat\r\nberwenang tidak mencegah agar kekerasan ini tidak terjadi. Dan bahkan dalam sejumlah kasus\r\nterdapat indikasi adanya keterlibatan oknum aparat penegak hukum mendukung aksi-aksi semacam\r\nitu dari balik layar. Selain itu, tak sedikit tokoh agama yang ikut-ikutan melegitimasi penggunaan\r\nkekerasan sebagai tindakan yang “Islami”, dengan alasan adanya kemaksiatan di sana. Dengan\r\nretorika hiperbolik, mereka menggambarkan kondisi kemaksiatan sudah mengancam martabat\r\nmanusia.2 Berbagai dalil atau dalih keagamaan mereka keluarkan untuk melegalkan tindak kekerasan\r\nitu. Seringkali kita mendengar khutbah, ceramah, atau wawancara di media di mana mereka\r\nmemojokkan para Muslimin lain yang tidak bersikap seperti mereka sebagai orang-orang yang\r\nberiman lemah, dan sebagai para pendosa yang dapat menurunkan azab Tuhan dalam bentuk \r\nberbagai bencana. Ummat awam menjadi bingung sikap siapa yang sebenarnya ma‘ruf. Muncul\r\nkesan tidak sehat bahwa, dalam Islam, semakin religius seseorang semakin ringan pula dia\r\nmelakukan kekerasan. Tentu ini tidak benar.\r\nAda masalah pemahaman etika politik (al-akhlaq al-siyasiyah) di sini, dan oleh karena itu\r\nadalah penting untuk melihat konsep amar ma‘ruf dan nahy munkar (al-amr bi l-ma‘ruf wa n-nahy ‘ani lmunkar)\r\ndalam konteks etika politik. Etika politik bertujuan, sebagaimana dikatakan Ricoeur, untuk\r\nmengarahkan ke kehidupan yang baik, bersama dan untuk orang lain, dan dalam rangka memperluas\r\nlingkup kebebasan dan membangun institusi-institusi yang adil.3 Dalam konteks ini, saya\r\nberargumen bahwa sesungguhnya amar ma‘ruf dan nahy munkar itu adalah bagian dari “etika publik”,\r\nyang dipahami sebagai “etos, cara berada dan cara menilai yang khas pada suatu masyarakat yang\r\ntidak bisa disamakan dengan suatu doktrin atau agama tertentu, melainkan mengelompokkan atau\r\nmenciptakan konvergensi di antara visi-visi yang berbeda tentang dunia. Etos ini yang\r\nmemungkinkan pengambilan keputusan kolektif dan perundang-undangan. Ia mencakup tujuan,\r\nnilai dan norma tentang keadilan yang menjadi inspirasi baik praktik-praktik politik maupun\r\ninstitusi-institusi politik.”4 Oleh karena itu, ma‘ruf dan munkar bukanlah didefinisikan oleh agama,\r\nmelainkan oleh “konvergensi di antara visi-visi yang berbeda tentang dunia”... “yang memungkinkan\r\npengambilan keputusan kolektif dan perundang-undangan...” yang mencakup “tujuan, nilai dan\r\nnorma tentang keadilan yang menjadi inspirasi baik praktik-praktik politik.” Ketika menyebut\r\nma‘ruf dan munkar, saya merujuk kepada pengertian ini.5 Selain itu, saya akan membawa konsep ini\r\ndari paradigma Islamisme ke “post-Islamisme”, sebagaimana disarankan oleh Asef Bayat.\r\n"^^ . "2011-01-01" . . . . . . . . . . . "ARTIKEL DIMUAT DALAM DINAMIKA KEBUDAYAAN DAN PROBLEM KEBANGSAAN: KADO 60 TAHUN MUSA ASY‘ARIE, ED. ANDY DERMAWAN, YOGYAKARTA: LESFI, 2011, 239-97."^^ . . . . . . . . "-"^^ . "Dr. Moch Nur Ichwan"^^ . "- Dr. Moch Nur Ichwan"^^ . . . . . . "\r\nRETHINKING AL-AMR BI L-MA‘RUF WA N-NAHY ‘AN AL-MUNKAR:\r\nETIKA POLITIK DALAM BINGKAI POST-ISLAMISME\r\n (Text)"^^ . . . "Etika_Politik_Islam_Ichwan.pdf"^^ . . . "\r\nRETHINKING AL-AMR BI L-MA‘RUF WA N-NAHY ‘AN AL-MUNKAR:\r\nETIKA POLITIK DALAM BINGKAI POST-ISLAMISME\r\n (Other)"^^ . . . "\r\nRETHINKING AL-AMR BI L-MA‘RUF WA N-NAHY ‘AN AL-MUNKAR:\r\nETIKA POLITIK DALAM BINGKAI POST-ISLAMISME\r\n (Other)"^^ . . . "\r\nRETHINKING AL-AMR BI L-MA‘RUF WA N-NAHY ‘AN AL-MUNKAR:\r\nETIKA POLITIK DALAM BINGKAI POST-ISLAMISME\r\n (Other)"^^ . . . "\r\nRETHINKING AL-AMR BI L-MA‘RUF WA N-NAHY ‘AN AL-MUNKAR:\r\nETIKA POLITIK DALAM BINGKAI POST-ISLAMISME\r\n (Other)"^^ . . . "\r\nRETHINKING AL-AMR BI L-MA‘RUF WA N-NAHY ‘AN AL-MUNKAR:\r\nETIKA POLITIK DALAM BINGKAI POST-ISLAMISME\r\n (Other)"^^ . . . "\r\nRETHINKING AL-AMR BI L-MA‘RUF WA N-NAHY ‘AN AL-MUNKAR:\r\nETIKA POLITIK DALAM BINGKAI POST-ISLAMISME\r\n (Other)"^^ . . . "\r\nRETHINKING AL-AMR BI L-MA‘RUF WA N-NAHY ‘AN AL-MUNKAR:\r\nETIKA POLITIK DALAM BINGKAI POST-ISLAMISME\r\n (Other)"^^ . . . "\r\nRETHINKING AL-AMR BI L-MA‘RUF WA N-NAHY ‘AN AL-MUNKAR:\r\nETIKA POLITIK DALAM BINGKAI POST-ISLAMISME\r\n (Other)"^^ . . . "\r\nRETHINKING AL-AMR BI L-MA‘RUF WA N-NAHY ‘AN AL-MUNKAR:\r\nETIKA POLITIK DALAM BINGKAI POST-ISLAMISME\r\n (Other)"^^ . . . . . . "lightbox.jpg"^^ . . . "\r\nRETHINKING AL-AMR BI L-MA‘RUF WA N-NAHY ‘AN AL-MUNKAR:\r\nETIKA POLITIK DALAM BINGKAI POST-ISLAMISME\r\n (Other)"^^ . . . . . . "preview.jpg"^^ . . . "\r\nRETHINKING AL-AMR BI L-MA‘RUF WA N-NAHY ‘AN AL-MUNKAR:\r\nETIKA POLITIK DALAM BINGKAI POST-ISLAMISME\r\n (Other)"^^ . . . . . . "medium.jpg"^^ . . . "\r\nRETHINKING AL-AMR BI L-MA‘RUF WA N-NAHY ‘AN AL-MUNKAR:\r\nETIKA POLITIK DALAM BINGKAI POST-ISLAMISME\r\n (Other)"^^ . . . . . . "small.jpg"^^ . . "HTML Summary of #14140 \n\n \nRETHINKING AL-AMR BI L-MA‘RUF WA N-NAHY ‘AN AL-MUNKAR: \nETIKA POLITIK DALAM BINGKAI POST-ISLAMISME \n\n\n" . "text/html" . . . "Artikel" . .