@phdthesis{digilib14470, month = {October}, title = { STUDI AL-QUR?AN DENGAN PENDEKATAN HISTORISME DAN FENOMENOLOGI (EVALUASI TERHADAP PANDANGAN BARAT TENTANG AL-QUR?AN) }, school = {UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA}, author = { NIM. 86073 / S3 MOH. NATSIR MAHMUD}, year = {2002}, note = {Promotor : Prof. Dr. Herman Leonard Beck}, keywords = {HISTORISME, FENOMENOLOGI}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/14470/}, abstract = { Disertasi ini merupakan studi evaluatif terhadap pandangan Barat tentang Al-Qur?an yang menggunakan pendekatan historisisme, fenomenologi dan historisisme-fenomenologi. Metode pendekatan yang digunakan dalam strudi evaluatif ini adalah pendekatan relisme-metafisis. Dalam studi tentang sumber al-Qur?an, historisisme berpendapat bahwa al-Quran adalah produk psikis Nabi Muhammad yang bersumber dari sosio-religius (khususnya dari agama Yahudi dan Kristen) pada masanya. Historisisme dalam hal ini hanya mengakui fakta-fakta yang bersifat fisik, empirik sensual dan lingkungan social yang menjadi asal usul pertumbuhan suatu institusi. Realisme-metafisis mengakui ada realitas yang bersifat metafisis yang otonom dan obyektif yang dari padanya dapat menjadi asal usul suatu institusi bahkan dapat menjadi cikal bakal lahirnya ilmu pengetahuan. Dalam studi tentang eksistensi al-Qur,an, fenomenologi membahasnya menurut perspektif Islam karena pendekatan fonomenologi menganut prinsip mengamati fenomena menurut penampakannya. Dalam fenomenologi agama adalah meneliti fenomena keagamaan menurut apa yang diyakini oleh penganut agama yang diteliti. Kriteria ini dianut oleh W.B Kristensen, J.E. Royster dan Willem A. Bijlefeld. Dalam strudi al-Qur,an, fenomenologi mengkaji eksistensi al-Qur?an menurut pandangan Islam. Akan terapi fenomenologi mjengakui kebenaran pluralistic sehingga dapat mengakui kebenaran masing-masing agama atau kitab suci yang diteliti. Realisme-metafisis memandang kebenaran itu tunggal, sehingga dapat dimaknai bahwa kitab suci agama samawi yang bersumber dari Allah pada hakikatnya mengandung kebenaran tunggal, intinya adalah ajaran tauhid dan ketaatan manusia kepadanya adalah Muslim. Perbedaan kitab-kitab suci itu adalah dari segi syariatnya yang disesuaikan dengan kondisi masyarakatnya, dan al-Qur?an sebagai kitab suci samawi yang terakhir adalah kesempurnaan dari kitab suci sebelumnya. Historisisme-fenomenologi memandang bahwa al-Qur?an bersumber dari Allah, tetapi diproduksi melalui pribadi Nabi Muhammad, berarti ada keterlibatan pribadi Nabi Muhammad (sumber manusia) dalam substansi wahu al-Qur?an. W. Montgomery Watt yang menggunakan pendekatan ini lalu kberkesimkpulan bahwa bila ada keterlibatan pribadi Nabi Muhammad dalam wahyu, maka kemungkinan ada kekeliruan dalam al\_Qur?an . Watt mendasarkan pembuktian ilmiahnya pada teori Psikoanalisis C,G. Jung tengtang alam bawah sadar kolektif. Pandangan Watt teresebut adalah perspektif ajaran Kristen tentang hakikat wahyu yang disandarkan pada teori ilmiah Psikoanalisis. Pendapat ini berarti ada kegandaan pada sumber wahyu (Tuhan dan manusia), sehingga memungkinkan terdapat kontradiksi dalam kebenaran wahyu. Realisme-metafisis mengakui keberaran itu tunggal sehingga tidak memungkinkan terdapat kontradiksi interen dalam substansi suatu kebenaran. } }