TY - THES N1 - Kata kunci : Konsep Makrifah, Epistemologi ID - digilib14560 UR - https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/14560/ A1 - ASMARAN AS , NIM. 833018 Y1 - 1995/08/29/ N2 - Sebagaimana aspek-aspek ajaran Islam yang lain, tasawuf haruslah menjadi bagian dari kehidupan setiap orang yang beriman. Tetapi adanya pandangan bahwa tasawuf merupakan ?konsumsi? orang-orang tertentu, merupakan kendala yang harus dihilangkan dalam upaya memasyarakatkan esoterisisme Islam tersebut. Salahsatu ajaran tasawuf yang dipandang sebagai konsumsi orang-orang tertentu itu adalah konsep makrifah, sebagaimana yang dikemukakan al-Ghazali. Sebagai upaya untuk mewujudkan maksud di atas maka konsep makrifah menurut al-Ghazali dalam Disertasi ini didekati lewat sudut perspektif epistemologis, yaitu suatu pendekatan yang mengarah kepada penelaahan sarana yang digunakan dalam mencari ?pengetahuan? yang benar. Dengan usaha ini diharapkan dapat ditempatkan konsep makrifah al-Ghazali tersebut dalam hubungannya dengan konsep-konsep epistemologis yang ada. Bagi al-Ghazali, makrifah berarti ?ilmu? yang meyakinkan. Hal ini terjadi jika yang menjadi obyeknya telah tersingkap dengan jelas tanpa ada sedikit pun keraguan, yaitu tersingkapnya rahasia-rahasia Ketuhanan dan segala rahasia ciptaanNya. Keadaan ini tidak bisa dicapai lewat pengalaman indera dan/atau penalaran akal (rasio), tetapi semata-mata anugerah atau ilham dari Tuhan lewat nur yang dilimpahkan ke dalam kalbu. Dengan demikian terbukalah segala rahasia yang ada di balik realitas ini, yang tidak mampu dijangkau oleh indera dan akal. Karena keadaannya yang demikian, ia disebut dengan ilmu mukasyafah. Dengan demikian jelas bahwa konsep makrifah al-Ghazali tidak sama dengan pengetahuan intuitif dari aliran intuisionisme dan teori gnostik dari mistitisme Barat. Hal ini juga berbeda dengan pengetahuan inderawi dari aliran empirisme/positivisme dan pengetahuan akli (rasional) dari aliran rasionalisme. Bagi empirisme/positivism, pengetahuan yang benar harus dibangun dari pengalaman empiri sensual, rasionalisme mengatakan bahwa pengetahuan yang benar haruslah bersasarkan analisis rasional. Sedangkan pengikut intuisionisme mengatakan bahwa pengetahuan yang benar itu tidak didapat lewat pengalaman inderawi dan/atau pemikiran rasional, tetapi merupakan pengetahuan langsung tanpa proses pengamatan dan/atau penalaran. Dengan demikian, makrifah sebagai pengetahuan sufistik merupakan salahsatu bentuk pengetahuan disamping pengetahuan-pengetahuan lainnya. Sebagai pengetahuan insaniah yang keberarannya relatif, untuk membedakan dengan pengetahuan Ilahiyah (wahyu) yang kebenarannya mutlak, kita tidak bisa mengatakan bahwa yang satu lebih benar dari yang lain. Masing-masing mempunyai metode, tolok ukur dan obyek telaah yang berbeda. Namun perlu dibedakan dengan pengetahuan-pengetahuan yang lain, makrifah sebagai ilmu mukasyafah termasuk pengalaman keagamaan seorang sufi: karenanya ia terkait langsung dengan keyakinan. Bagi al-Ghazali, ia diyakini sebagai anugerah Tuhan; tetapi ia tidak didapat begitu saja, melainkan dengan latihan (al-riyadah) dan perjuangan (al-mujahadah) melalui tahapan-tahapan (al-maqamat) yang panjang dan berat, disertai dengan kondisi kondisi ruhaniah (al-ahwal) sebagai anugerah Tuhan yang mengiringi tahapan (al-maqam) yang telah dicapai. PB - UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA M1 - phd TI - KONSEP MAKRIFAH MENURUT AL-GHAZALI SEBUAH TELAAH EPISTEMOLOGIS AV - restricted ER -