@phdthesis{digilib14926, month = {October}, title = {PERAN PENGAJIAN JUM?AT FAJAR OLEH K.H. SYA?RONI AHMADI DI MASJID MENARA KUDUS TERHADAP KONFLIK MASYARAKAT MUHAMMADIYAH DAN NU DI KUDUS }, school = {UIN SUNAN KALIJAGA}, author = {NIM. 10720025 M.N. AHLA AN }, year = {2014}, note = {Pembimbing : Dadi Nurhaedi, S.Ag, M.Si }, keywords = {Kata Kunci : Konflik, Pengajian, Perubahan Sosial.}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/14926/}, abstract = {Pengajian Jum?at Fajar merupakan pengajian yang dilaksanakan setelah melaksanakan Shalat Subuh di Masjid Menara Kudus dan diajarkan oleh K.H. Sya?roni Ahmadi. Dalam Pengajian itu dihadiri para jama?ah yang datang dari berbagai wilayah, baik Kudus, Demak, Jepara, Pati dan Semarang. Selain dari berbagai Wilayah, Pengajian itu pula dihadiri dari organisasi NU dan Muhammadiyah yang sejak tahun 1960-an berkonflik sampai saat ini 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fungsi dan peran sosial dari Pengajian Jum?at Fajar bagi masyarakat Kudus khususnya antara Muhammadiyah dan NU. Teori yang digunakan untuk menganalisa data hasil penelitian ini adalah Teori Konflik Coser dalam melihat konflik antara Muhammadiyah dan NU, serta Perubahan Sosial Neil Smelser. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan memberikan gambaran mengenai masalah-masalah sosial melalui data-data berupa kata-kata ataupun gambar. Metode pengambilan data yang digunakan adalah observasi dan wawancara langsung. Tempat Penelitian di Kudus Khususnya di Desa Kauman Kabupaten Kudus. Jumlah subyek yang diwawancarai 12 orang yaitu : Kyai Sya?roni, 2 orang keluarga Kyai Sya?roni, 1 orang Pengurus Masjid Menara Kudus, 4 orang Muhammadiyah, 4 orang NU. Hasil dalam Penelitian ini adalah: Pengajian yang dilakukan K.H. Sya?roni Ahmadi di Masjid Menara Kudus yang mampu membuat antara Muhammadiyah dan NU mau duduk dalam satu majlis, Awalnya Muhammadiyah dan NU saling berkonflik permasalahan pendapat dan perbedaan faham masalah bid?ah. Konflik tersebut walaupun bersifat konflik laten tetapi bila berkelanjutan akan menghasilkan konflik fisik. Di Kudus antara Muhammadiyah dan Muhammadiyah terdapat Konflik out group yang bersifat non realistis yaitu Konflik antara Muhammadiyah dan NU yang menghasilkan saling harmonisnya antara setiap pihak organisasi yang bersifat ideologis. Setelah mengikuti Pengajian itu masyarakat Muhammadiyah dan NU sudah saling menghargai dalam keanekaragaman perbedaan seperti massyarakat Muhammadiyah yang sudah mulai ikut dalam tahlilan di tetangganya, dan mulai ikut shalat di Masjid NU, dan sebaliknya masyarakat NU mulai mengundang semua termasuk warga Muhammadiyah. } }