TY - THES N1 - Pembimbing : Dr. Muhammad Anis, M.A. ID - digilib15136 UR - https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/15136/ A1 - M. ALFAN SIDIK , NIM.1220510028 Y1 - 2014/08/26/ N2 - Penelitian ini membahas epistemologi Muhammad Taqi Mishbah Yazdi dan bagaimana kontribusinya bagi pemikiran modern, Epistemologi dinilai penting karena dalam sejarahnya, epistemologi tidak pernah terlepas dari respon atas berkembangnya skeptisisme, Kompleksitas modernisme melahirkan berbagai masalah-maslah tentang skeptisisme, termasuk fundamentalisme dan ateisme, manusia cenderung memasuki antara dua ektrem antara menyingkirkan nalar, atau mengakui hanya nalar. Salah satu untuk mengatasi masalah ini adalah dengan epistemologi. Mishbah Yazdi merupakan filosof Iran Kontemporer Mishbah Yazdi hidup pada saat tiga mazhab besar filsafat Islam, Peripatetik (masysya?i) dari Ibn Sina, illuminasi (Isyr?q?)) dari Suhrawardi, dan Hikmah al-Muta??liyyah dari Mulla Sadra, telah mencapai titik kulminasinya. Karya-karya referensial dan interpretatrif tiga aliran yang memenuhi rak-rak semua perpustakaan hawz?h ?ilmiyyah Qom. Hal ini memeberikan kesempatan pada Mishbah Yazdi untuk melakukan komparasi, kompilasi dan elaborasi, yang pada akhirnya membuatnya mampu menghadirkan gagasan-gagasan filsafat yang kreatif dan kritis.Oleh karena itu, pandangan-pandangan filsafat Mishbah Yazdi mencerminkan sosok rasionalis yang sangat berani mendobrak tradisi pemikiran filsafat para filosof sebelumnya yang menurutntya telah menjadi semacam postulat dan disakralkan. Penelitian ini, menggunakan teori epistemologi dari Murtadha Muthahhari dan Immanuel Kant. Menurut Murtadha Muthahhari ada hubungan antara epistemologi, pandangan dunia, ideologi, dan pengamalan. Sedangkan Immanuel Kant digunakan sebagai kerangka teori, karena Kant dikenal sebagai filosof yang melakukan sintesis antara rasionalisme dan empirisisme, ada beberapa periode dalam perjalanan pemikiran filsafat Kant, periode rasionalis kemudian periode empiris sebelum akhirnya pada periode kritis. Pada periode kritis inilah letak sintesisnya. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa; Pertama,manusia memperoleh pengetahuan memalui hudl?r? (tanpa perantara) dan hu??l? (melalui perantara), dengan hudl?r? manusia memperoleh pengetahuan yang pasti, melalui hu??l? manusia mempunyai intrumen berupa indera dan akal. Dalam epistemologi Mishbah Yazdi akal bukan hanya sebagai instrumen, namun juga sebagai sumber pengetahuan. pengetahuan yang bersumber dari alam disebut sebagai konsep primer (al-ma?qul?h al-?ul?), terdiri dari konsep m?hiyah, sedangan pengetahuan yang bersumber dari akal, disebut konsep sekunder (alma?qul?h al-t??niyah), terdiri dari konsep logika dan konsep filsafat. Pengetahuan menurut Mishbah Yazdi, terbagi juga menjadi dua yaitu: ta?aww?r (konsepsi) dan ta?d?q (afirmasi), setiap ta?d?q pasti sebelumnya merupakan ta?aww?r, mustahil ada ta?d?q tanpa sebelumnya ta?aww?r. Pertama: melalui pengetahuan ta?aww?r diperoleh melalui konsep partikular dan konsep universal. Konsep universal ini digunakan untuk mendefiniskan suatu objek. Sekaligus konsep ini juga sebagai kritik terhadap empirisisme, bahwa konsep ini tidak berasal dari persepsi indera. Melalui pengetahuan ta?aww?r juga diperoleh konsep primer terdiri dari konsep m?hiyah dan konsep sekunder yang terdiri dari konsep sekunder filsafat dan konsep sekunder logika. Dengan konsep sekunder ini manusia bisa sampai pada pengetahuan yang mandiri, karena dalam konsep ini bukan berasal dari alam melainkan dari analisis akal dan melalui tindakan perbandingan. Misalnya adalah konsep kausalitas. Kedua, Pengetahuan ta?d?q (afirmasi) adalah menilai konsep, berarti ta?d?q berkaitan dengan proposisi, menurut Mishbah Yazdi, dalam ta?d?q yang berperan dan menjadi prioritas adalah akal, bahkan tidak membutuhkan pengalaman inderawi, misal: pertama dalam proposisi analitis yang konsep predikatnya sudah terkandung pada subjek. Kedua, dalam proposisi yang bad?h? tidak membutuhkan pada pengalaman inderawi, meskipun dalam ta?aww?r atau konsepsinya membutuhkan pancaindera. Misalnya: bad?h? sekunder ?tembok itu putih?. Ketiga, proposisi-proposisi yang diperoleh melalui ilmu hudl?r? di alam mental, karena proposisi ini bersifat intuitif. Kesimpulan, kedua; Dengan berbagai permasalahan yang muncul dalam era kontemporer, yang merupakan warisan dari paradoks-paradoks modern dan posmodern, berujung munculnya sikap skeptis terhadap kemodernan, termasuk skeptis terhadap kemampuan akal untuk mencari kebenaran (defaitisme postmodern). Sebagai kontribusi dari permasalahan tersebut, dasar-dasar epistemologi dalam filsafat Islam menurut Mishbah Yazdi, menawarkan adanya kemungkinan bahwa manusia mampu memperoleh pengetahuan atau kebenaran mutlak yang bisa diperoleh oleh manusia melalui akalnya. Salah satunya adalah dengan ilmu hudl?r?, bahwa pengetahuan itu adalah bersifat afirmatif, karena dia self evident (bad?h?). Serta melalui pengetahuan hu??l? yakni melalui ta?aww?r dan tashdiq-nya manusia dengan peran akal-nya mampu memperoleh pengetahuan yang mandiri, yang tidak bisa didetrminasi oleh alam yang sifatnya relatif. PB - UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA KW - Kata Kunci: epistemologi KW - hu??l? KW - hudl?r? KW - ta?aww?r KW - ta?d?q. M1 - masters TI - EPISTEMOLOGI MUHAMMAD TAQI MISHBAH YAZDI AV - restricted ER -