relation: https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/1544/ title: RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KEAGAMAAN DAN BUDAYA LOKAL DI DESA KUBANGKONDANG KECAMATAN CISATA KABUPATEN PANDEGELANG BANTEN (1965-1970 M) creator: NURFAIDAH - NIM. 01120580 , subject: Sejarah Peradaban / Kebudayaan Islam description: ABSTRAK Muhammadiyah merupakan gerakan pembaharuan dalam Islam yang terbesar di Indonesia. Organisasi ini didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H yang bertepatan dengan tanggal 18 November 1912 M. Gerakan ini diberi nama Muhammadiyah dengan harapan agar pengikutnya benar-benar bisa mengikuti jejak Nabi Muhammad SAW. Adapun maksud dan tujuan didirikannya adalah untuk menegakkan dan menjujung tinggi Agama Islam, sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Gerakan Muhammadiyah merupakan wujud ide dan gagasan pemikiran dari KH. Ahmad Dahlan di dalam realita kehidupan umat manusia. Terdapat dua ide atau gagasannya, pertama, menyangkut konsepnya tentang realita umat yang mencerminkan kondisi perpecahan, kebodohan, dan kemiskinan. Yang kedua, berkaitan dengan usaha pembebasan umat dari ketiga kondisi tersebut. Jalan pembebas ditempuh dengan menggunakan pengembangan akal dan ilmu. Menurut KH. Ahmad Dahlan, umat Islam harus mengembangkan kecerdasannya (akal sehat) melalui pendidikan, khususnya logika, dan berusaha memahami dan mengamalkan ajaran Islam berdasarkan akal sehat tersebut. Dari sejak awal gagasan yang digulirkan Muhammadiyah hingga amal usahanya di tengah-tengah masyarakat, cukup beragam reaksi dan respons terhadap Muhammadiyah. Ada yang menerima dengan mengikuti kegiatankegiatannya dan mengikuti keyakinan akan kepahaman kepercayaannya. Ada juga yang sudah tahu akan pemahaman dan keyakinan Muhammadiyah tetapi masih berpegang kepada kepercayaan lokal. Juga ada yang membiarkan gerakan-gerakan Muhammadiyah atau menolak dengan tidak mengikuti keyakinan dan dan kepercayaan serta kegiatan yang dilakukan oleh jamaah Muhammadiyah. Realitas keagamaan masyarakat Kubangkondang disoroti tajam oleh Muhammadiyah sebagai ritual yang penuh penyimpangan. Semua bentuk kepercayaan terhadap keris, batu akik dan pemujaan terhadap roh nenek moyang dianggap syirik. Selamatan dalam tradisi petani maupun tradisi santri dianggap bid'ah, walaupun selamatan itu dimaksudkan untuk mendoakan orang yang meninggal, karena Nabi tidak pernah mengajarkan hal yang demikian. Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah dalam merespons kesenian lokal di Nusantara ini, selalu mendasari pandangannya pada acuan normatif yang tercantum dalam al-Quran dan as-Sunnah. Meluasnya dakwah Muhammadiyah melampaui batas ruang dan waktu meniscayakan proses interaksi sosial dalam relasi-relasi lahir sebagai proses dialektis dalam interaksi Muhammadiyah dengan konteks kultural lokal. Sebagai sejarah panjang Muhammadiyah, menurut sementara anggapan memang banyak didominasi oleh warna purifikasi, sehingga melahirkan ketegangan dengan konteks kultural lokal date: 2008-08-14 type: Thesis type: PeerReviewed format: text language: en identifier: https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/1544/1/BAB%20I%2C%20BAB%20V%2C%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf format: text language: en identifier: https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/1544/2/BAB%20II%2C%20BAB%20III%2C%20BAB%20IV.pdf identifier: NURFAIDAH - NIM. 01120580 , (2008) RESPONS MUHAMMADIYAH TERHADAP KEAGAMAAN DAN BUDAYA LOKAL DI DESA KUBANGKONDANG KECAMATAN CISATA KABUPATEN PANDEGELANG BANTEN (1965-1970 M). Skripsi thesis, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.