@phdthesis{digilib15508, month = {January}, title = {SAREKAT ISLAM DAN GERAKAN BURUH ( KAJIAN SOSIO-HISTORIS PROTES BURUH DI YOGYAKARTA 1913-1920 )}, school = {UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA}, author = {NIM. 09120079 AHMAD SALAM}, year = {2015}, note = {Pembimbing : Dr. H. Maman Abdul Malik, M.S}, keywords = {Kata kunci: SI, buruh dan kapitalis.}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/15508/}, abstract = {Masuknya perusahaan perkebunan tebu di Yogyakarta menimbulkan masalah yang rumit. Pengusaha perkebunan dengan bantuan pemerintah mulai melakukan pemerasan tehadap kekayaan penduduk dengan menguasai tanah dan memeras tenaga penduduk untuk menanam tebu. Penduduk dipaksa kerja keras demi keuntungan kaum kapitalis dengan modal yang kecil. Buruh dan petani yang hidup di sekitar perkebunan sangat dirugikan. Mereka sangat menderita karena kemiskinan yang makin lama makin parah. Mereka dipaksa bekerja dengan gaji yang rendah yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selain itu mereka masih dibebani dengan kerja wajib dan pajak yang banyak macamnya. Hal ini diperparah dengan murahnya sewa tanah yang mereka terima serta pembagian air yang tidak merata, sehingga tidak jarang petani mengalami gagal panen. Lahirnya organisasi buruh yang disponsori oleh SI Yogyakarta bersama Adidarmo dan Personeel Fabriek Bond menjadi tempat para buruh dan petani untuk menuntut perbaikan kehidupan kepada pengusaha perkebunan. Organisasi ini memperjuangkan nasib para buruh dan petani dengan cara mogok kerja. Obyek kajian ini adalah gerakan buruh di Yogyakarta tahun 1913-1920. Kajian ini dianggap menarik karena pada periode inilah awal persatuan buruh bumiputra yang menjadi cikal bakal persatuan buruh hampir di seluruh perkebunan di Jawa. Adapun pendekatan yang dipakai adalah sosiologis. Pendekatan ini dirasa cocok sebab sangat berkaitan dengat kepentingan golongan yang saling menguasai dan tidak jarang menimbulkan konflik. Hal ini senada dengan teori konflik Ralf Dahrendorf yang menyatakan bahwa masyarakat disatukan oleh ketidakbebasan yang dipaksakan. Dengan demikian, posisi tertentu di dalam masyarakat mendelegasikan kekuasaan dan otoritas terhadap posisi yang lain. Pembagian otoritas yang tidak merata juga memicu adanya konflik dan berpotensi saling mendominasi. Rumusan masalah dalam tulisan ini adalah bagaimana latar belakang berdirinya gerakan buruh di Yogyakarta dan bagaimana respon kaum buruh terhadap tindakan kaum kapitalis. Tulisan ini bertujuan untuk mendiskripsikan latar belakang berdirinya gerakan buruh di Yogyakarta dan respon buruh dan petani terhadap penindasan yang dilakukan pengusaha perkebunan. Metode dalam penelitian ini adalah metode sejarah yaitu usaha untuk menyelidiki masalah menggunakan perspektif historis yang mempunyai beberapa langkah-langkah yaitu: heuristik/mengumpulkan sumber, verifikasi data/kritik sumber, interpretasi dan historiografi. Sumber yang digunakan adalah arsip, buku dan tulisan yang berkaitan dengan tema yang sama. Secara garis besar munculnya gerakan buruh di Yogyakarta dipicu oleh kemiskinan dan penderitaan yang dialami oleh buruh dan petani. Organisasi ini memperjuangkan kaum buruh dan petani dengan memobilisasi mereka untuk menuntut keadilan dengan cara mogok kerja dan gerakan protes.} }