TY - THES N1 - Prof. Drs. H. Akh. Minhaji, M.A ID - digilib17115 UR - https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/17115/ A1 - JUMIATIL HUDA, NIM. 1120310013 Y1 - 2015/04/27/ N2 - Dalam era globalisasi ini keterlibatan perempuan sangat esensial. Hampir tidak terlihat lagi perbedaan antara laki-laki dan perempuan, keduanya memiliki status, kesempatan, dan peranan yang luas untuk berkembang dalam struktur masyarakat modern. Orang tidak janggal lagi melihat seorang perempuan bekerja di sebuah pabrik, menjadi sopir, wartawan, atlet profesional, eksekutif di perusahaan, anggota legislatif dan birokratif di pemerintahan, guru besar dan menteri. Dalam penelitian ini akan memfokuskan pembahasan pada peran wanita dalam ranah domestik dan publik. Di mana pada realitanya, ditemukan kesenjangan peran wanita baik pada ranah domestik maupun publik. Kaum wanita lebih banyak terlibat dalam ranah publik ketimbang ranah domestik. Kesenjangan ini mendapat perhatian dari dua gerakan yaitu para aktivis Pusat Studi Wanita UIN Yogyakarta dan para aktivis Hizbut Tahrir Indonesia. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian yaitu penelitian kualitatif yang berjenis penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara terjun langsung ke tempat yang di maksud, guna memperoleh data yang berhubungan dengan peran wanita. Penelitian ini menggunakan pendekatan historis dan normatif hukum Islam dengan metode analisisnya menggunakan teori fungsionalis struktural. Pendekatan historis yang dimaksud adalah pendekatan untuk melihat kepada sejarah dari masing-masing gerakan, dengan kata lain, yang melatarbelakangi masing-masing pendapat dari aktivis yang menyebabkan lahirnya pandangan bahwa perempuan memiliki peran ganda. Sedangkan pendekatan normatif adalah pendekatan yang digunakan untuk melihat dasar dari pandangan masing-masing. Adapun hasil dari penelitian ini adalah bahwa peran perempuan dalam ranah domestik ada sedikit kesamaan dari kedua kelompok tersebut. Yaitu bahwa peran mendidik anak adalah tugas bersama, suami dan istri. Sedangkan perbedaannya adalah pada penggunaan istilah qawwam, hak dan kewajiban. Para aktivis PSW berpandangan bahwa qawwam tidak hanya diperankan kepada suami tapi juga pada istri, dengan alasan bahwa kaum perempuan sudah bisa mengakses pendidikan secara mudah atau kondisi ekonomi suami sedang lemah. Hal demikian mampu mempengaruhi kewenangan rumah tangga. Sedangkan menurut para aktivis HTI, bahwa qawwam tetap berada pada pundak suami. Dan kewajiban mengurus rumah tangga menurut aktivis PSW adalah menjadi tanggungjawab bersama. Berkebalikan dengan pandangan para aktivis HTI bahwa tugas mengurus urusan rumah tangga adalah jatuh pada istri. Suami hanya membantu saja. Adapun hasil dari peran publik perempuan, juga memiliki kesamaan dan perbedaan. adapun kesamaannya adalah bahwa perempuan boleh bekerja di luar rumah. Perbedaannya, menurut aktivis PSW perempuan berperan aktiv di seluruh bidang tanpa kecuali. Sedangkan menurut para aktivis HTI bahwa peran penting perempuan di publik adalah dalam dakwah dan menuntut ilmu. Perempuan boleh bekerja akan tetapi tidak boleh menduduki kursi penentuan kebijakan. PB - UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA KW - peran wanita KW - pusat studi wanita-uin sunan kalijaga M1 - skripsi TI - PERAN WANITA DALAM RANAH DOMESTIK DAN PUBLIK DALAM PANDANGAN ISLAM (STUDI PANDANGAN AKTIVIS PUSAT STUDI WANITA-UIN YOGYAKARTA DAN AKTIVIS HIZBUT TAHRIR INDONESIA) AV - restricted EP - 142 ER -