TY - THES N1 - PEMBIMBING: DRS. DUDUNG ABDURAHMAN, M.HUM ID - digilib1716 UR - https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/1716/ A1 - SAIFUDDIN -NIM. 02121034 , Y1 - 2009/03/18/ N2 - Tarekat Syattariyah adalah tarekat yang mengacu pada Abdullah Syattar. Tarekat ini termasuk salah satu organisasi dari perkumpulan tarekat mu'tabarah yaitu tarekat-tarekat yang telah diselidiki dan diterima dalam kalangan Nahdatul Ulama (NU) yang diadakan pada tanggal 19 dan 20 Rabi'ul Awal 1377 H/10 Oktober 1957 M. Didalam ajarannya, tarekat Syattariyah lebih menekankan pada pengucapan tahlil yang ditujukan untuk mengagungkan asma Allah dan keindahan Allah. Lafal tahlil ini diucapkan setelah sholat Isya' dan Shubuh sebanyak 100 kali dalam setiap harinya. Menurut beberapa sejarawan, tarekat Syattariyah pada abad XVI telah dikembangkan oleh Abdurrauf dari Aceh, tarekat ini disebarkan sampai ke Jawa yang diawali dari Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, sampai Jawa Timur oleh seorang muridnya, yaitu Abdul Muhyi. Sedangkan tarekat Syattariyah di Giriloyo, Wukirsari, Imogiri, Bantul pertama kali diperkenalkan oleh KH. Mohammad Romli kemudian diteruskan oleh KH. Ahmad Mazuqi dan KH. Ahmad Zabidi sampai sekarang. Di bawah kepemimpinannya, tarekat Syattariyah dibawanya mengalami perkembangan yang sangat berarti dimulai dengan adanya pembukuan kitab amalan untuk para jama'ah dilanjutkan dengan terstukturisasinya pelaksanaan amalan harian tarekat sampai dengan terencananya pengajian rutin untuk para jama'ah. Dalam setiap pelaksanaanya (pengajian), jama'ah yang datang tidak hanya datang dari lingkungan wilayah masyarakat Giriloyo saja akan tetapi datang dari berbagai lapisan penjuru Bantul. Bahkan sangking ramainya jama'ah yang mengikuti pengajian maka pada tahun 2000 dikembangkan sistem visualisasi melalui TV yang dipasang di rumah-rumah penduduk kompleks sekitar dan halaman terbuka. Berdasarkan kecenderungan ini, penulis merasa tertarik untuk meneliti tentang tarekat Syattariyah. Agar pembahasannya tidak terlalu melebar maka penulis memfokuskan pembahasannya pada kepemimpinan KH. Ahmad Zabidi dalam mengembangkan tarekat Syattariyah di Giriloyo, Wukirsari, Imogiri, Bantul (1991- 2007). Tahun 1991 KH. Ahmad Zabidi menjabat sebagai mursyid, sedangkan tahun 2007 M sebagai batas akhir dari penelitian ini, karena pada tahun ini tarekat mengalami perkembangan yang sangat berarti. Sedangkan untuk metode penelitiannya penulis menggunakan empat metode yaitu: Heuristik, Kritik Sumber, Intepretasi dan Penafsiran, Historiografi. Mengenai landasan teori, penulis menggunakan teorinya Max Weber yakni tentang teori kepemimpinan. Weber membagi tipe kepemimpinan yang muncul kedalam tiga kategori yang berbeda yaitu kharismatik, tradisional, dan Rasional. Didalam pendekatannya penulis menggunakan pendekatan historis dan biografis yaitu pendekatan yang menjelaskan tentang catatan masa lampau kehidupan seorang tokoh. PB - UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta KW - K.H.Ahmad Zabidi KW - tarekat KW - Syattariyah M1 - skripsi TI - KEPEMIMPINAN KH. AHMAD ZABIDI DALAM MENGEMBANGKAN TAREKAT SYATTARIYAH DI GIRILOYO, WUKIRSARI, IMOGIRI BANTUL (1991-2007) AV - restricted ER -