@phdthesis{digilib17257, month = {May}, title = {RASIONALITAS TAFSIR AL-MISB{\=A}{\d H} KARYA M. QURAISH SHIHAB (KAJIAN TERHADAP AYAT-AYAT KEIMANAN)}, school = {UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA}, author = {NIM. 11530036 HIDAYATI FAOZIYAH}, year = {2015}, note = {Drs. Mohammad Yusup, M.Si}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/17257/}, abstract = {Dalam setiap periode, penafsiran mempuyai ciri-ciri khusus yang membedakan periode satu dengan yang lainnya. Hal ini bisa kita lihat hasil-hasil karya para mufassir pada setiap zaman tersebut. Penafsiran al-Qur'an pada awal mula Islam hanya dilakukan oleh Nabi, kemudian dilanjutkan oleh sahabat, tabi?in, dan seterusnya. Penafsiran pada masa ini masih didominasi oleh penafsiran bi al-ma?{\.s} ur. Penafsiran al-Qur'an pun mengalami perkembangan sampai memasuki masa tafsir periode modern-kontemporer. Hal ini bisa ditandai dengan banyaknya karya tafsir yang bernuansa rasional. Mereka banyak menggunakan ijtihad pemikirannya untuk menafsirkan al-Qur'an. Sedangkan perkembangan tafsir di Indonesia pada periode modernkontemporer ini sedikit banyak juga dipengaruhi oleh para mufassir tersebut. Salah satu tafsir yang yang menjadi rujukan utama di Indonesia adalah Tafsir al- Misb{\=a}{\d h} karya M. Quraish Shihab. Dalam tafsirnya, selain mengambil dari riwayat Quraish juga menuangkan pemikiran-pemikirannya yang terkait dengan tema yang dibahas. Begitu pula ketika membahas ayat-ayat tentang keimanan yaitu tentang rukun iman yang 6. Dari gambaran tersebut peneliti dapat membatasi penelitian ini dengan rumusan masalah, bagaimana penafsiran Quraish Shihab tentang ayat-ayat rukun iman dalam Tafsir al-Misb{\=a}{\d h} ?, bagaimana bentuk rasionalitas penafsiran Quraish Shihab dalam menafsirkan ayat-ayat rukun iman?. Serta apa implikasi metodologis terhadap penafsiran Quraish terkait ayat-ayat rukun iman? Peneliti dalam penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dan juga menggunakan pendekatan deduktif-induktif. Hasil dari penelitian terhadap rasionalitas Tafsir al-Misb{\=a}{\d h} khususnya tentang ayat-ayat keimanan adalah dalam penafsirannya Quraish mengemukakan pendapat-pendapatnya. Ia tidak hanya mengutip pendapat-pendapat para ulama saja. terkadang ia juga mencontohkan dan menganalogikan suatu pembahasan supaya memudahkan pemahaman pembacanya. Contoh yang diberikan oleh Quraish terbilang logis dan mudah dicerna oleh akal. Tetapi ia juga mengingatkan bahwa dalam wilayah keimanan ada hal-hal yang tidak dapat terjangkau oleh akal. Sehingga perlu membatasi diri dalam merasionalkan tentang keimanan.} }