@phdthesis{digilib17281, month = {May}, title = {IBU DALAM AL-QUR?{\=A}N (KAJIAN TEMATIK)}, school = {UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA}, author = {NIM. 11531003 ZULHAMDANI}, year = {2015}, note = {Dr. H. Mahfudz Masduki, M.Ag.}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/17281/}, abstract = {Di antara persoalan keluarga yang banyak disinggung oleh al-Qur?{\=a}n adalah masalah kebaktian dan berbuat baik kepada kedua orang tua. Al-Qur?{\=a}n sering menyandingkan perintah untuk bersyukur dan berbuat baik kepada mereka setelah didahului dengan perintah untuk mengesakan Allah dan larangan menyekutukan-Nya. Di samping itu juga, dalam perintah tersebut al-Qur?{\=a}n sering mengingatkan manusia dengan peran dan pengorbanan seorang ibu ketika mengandung, melahirkan dan menyusui anak. Hal ini mengesankan betapa mulia dan pentingnya kedudukan kedua orang tua di sisi Allah, terutama ibu yang mendapat posisi keutamaan baik itu di dalam al-Qur?{\=a}n maupun di dalam hadis. Selain itu, terdapat pula perbedaan penyebutan istilah ibu sebagai orang tua di dalam al-Qur?{\=a}n sehingga memberikan perbedaan aksentuasi makna dalam penafsiran ayat. Untuk itu dalam penelitian ini, penulis mengkaji bentuk istilah ibu dalam al-Qur?{\=a}n dan perbedaan penggunaannya dalam redaksi ayat. Selanjutnya, istilah tersebut digunakan untuk menemukan keutamaan ibu dan bagaimana implementasi berlaku baik kepada orang tua, khususnya ibu dalam redaksi ayat. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan linguistik. Data-data yang terkumpul dideskripsikan dengan mengikuti model penafsiran tematik yang dikenalkan oleh Bint al-Sy{\=a}{\d t}i?. Dalam analisis linguistik, penulis sepakat dengan ulama yang menyatakan bahwa tidak ada sinonimitas dalam bahasa al-Qur?{\=a}n. Untuk itu penulis membatasi pada istilah al-w{\=a}lidah, alumm, w{\=a}lidain dan abaw{\=a}in yang mewakili makna ibu dalam al-Qur?{\=a}n. Dengan menggunakan metode dan pendekatan tersebut, penulis menemukan bahwa faktor keutamaan ibu di dalam al-Qur?{\=a}n ditemukan pada peran-peran ibu yang secara langsung berdekatan dengan anak, baik itu dalam masa kandungan, pada saat melahirkan maupun saat menyusui anak. Berbeda dengan peran bapak yang tidak secara langsung mengadakan kontak fisik dengan anak, namun tetap mengimbanginya dengan pendidikan, pemenuhan pangan, sandang dan papan sebagai kebutuhan keluarga. Selain itu, keutamaan ibu juga muncul dalam kisah al-Qur?{\=a}n yang berhasil mengungkap isi hati seorang ibu baik itu dalam kasih sayang maupun dalam penjagaan dan pendidikan anaknya dalam kehidupan. Terkait dengan implementasi kebaikan kepada orang tua, al-Qur?{\=a}n sering menyebutkannya untuk w{\=a}lidain yaitu bapak dan ibu kandung (w{\=a}lid dan w{\=a}lidah) yang berhubungan secara genetik. Namun, al-Qur?{\=a}n juga memberikan kesan bahwa hubungan orang tua dan anak bisa terbentuk dalam proses tarbiyah yaitu dalam pengasuhan dan pendidikan yang berimplikasi pada penyebutan abawain yaitu bapak dan ibu (al-abu dan al-umm) karena hubungan tarbiyah. Kedua jenis orang tua tersebut berhak mendapat perlakuan i{\d h}s{\=a}n dari anak, namun kebaikan dalam makna al-birr hanya berhak diperoleh oleh ibu-bapak yang merangkap sebagai orang tua kandung dan juga berperan dalam pendidikan dan pemenuhan kebutuhan anak. Terkecuali, bagi orang tua yang mengajak syirik kepada Allah dan pada hal yang merugikan, maka sikap anak hanya sebatas bergaul secara baik dengan mereka di dunia.} }