%0 Thesis %9 Skripsi %A SITI KHOTIMAH, NIM.: 04511689 %B FAKULTAS USHULUDDIN %D 2009 %F digilib:1743 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K rumah kaca; lapisan ozon; global warming; Seyyed Hossein Nasr %P 116 %T HUBUNGAN MANUSIA DAN ALAM DALAM FENOMENA GLOBAL WARMING (Analisis Perspektif “Scientia Sacra” Seyyed Hossein Nasr) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/1743/ %X Alam penuh misteri dan tidak akan pernah selesai kita pelajari. Ia mengandung kehidupan, kematian, perubahan dari ujud (baca; energi) satu ke ujud lain, keindahan, kedahsyatan, kekuatan dan menumbuhkan rasa spiritualitas akan kemahakuasaan Sang Pencipta. Manusia yang berjarak dan tercerabut dari kemampuan menghayati fenomena bagaimana alam bekerja, bagaikan hampa hidupnya. Global Warming adalah jawaban atas sikap kerakusan manusia selama ini. Bencana banjir, tanah longsor, kekeringan, kelaparan, suhu udara meningkat, musim yang tidak jelas, serta wabah penyakit yang kian mengganas menunjukkan bahwa alam kini sangat megharapkan keseimbangan ekologi. Oleh karena itu, penulis merasa penting untuk meneliti Global Warming secara menyeluruh, mengenai hubungan manusia dengan alam, dengan mempelajari sejauh mana dampak Global Warming agar manusia dapat mengambil sikap yang arif terhadap alam. Dalam hal ini, penulis melalui pendekatan fenomenologis memahami arti luas peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan Global Warming, kemudian dipaparkan dengan menggambarkan keadaan objek penelitian sesuai dengan fakta (Deskriptik Analitik). Setelah dilakukan penelitian yang panjang, dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan manusia yang terkait dengan alam, seperti penebangan pohon, industri yang dibangun dan mengakibatkan pencemaran, baik pencemaran udara, air maupun tanah telah berdampak terhadap kerusakan alam, sehingga keadaan alam tidak lagi seimbang dan muncullah gejala pemanasan global (Global Warming). Manusia telah tercerabut dari akar spiritualnya, sehingga tidak mampu merasakan kehadiran Allah SWT yang ada dalam alam semesta. Menurut penulis, untuk sampai kepada kesadaran yang suci, manusia perlu menjadikan alam sebagai objek kajian manusia yang akan mengantarkannya sampai kepada Yang Real. Caranya dengan mempelajari dengan panca indera, memikirkan dengan akal dan merenungkan pengalaman langsung ketika bersentuhan dengan ayat-ayat-Nya. Dalam konsep Scientia Sacra, kecerdasan manusia mempunyai hubungan yang erat dengan wahyu. Wahyu di sini bukan saja dalam bentuknya yang eksternal berupa kitab suci, tetapi juga wahyu dalam bentuk nyata yaitu quot;Alam Semesta quot;. Manusia yang suci adalah yang bisa memahami wujud Tuhannya, dalam artian manusia yang suci adalah yang dapat menghargai alam sebagai cerminan Wujud-Nya. Global Warming sebagai bukti krisis spiritual manusia, menunjukkan bahwa manusia perlu ditolong agar tidak lagi jauh dari akar spiritualnya. Neo-Sufisme adalah jalan keluar yang ditawarkan Seyyed Hossein Nasr. Neo-Sufisme di sini tidak dipahami sebagai disiplin sufistik seperti biasanya. Pada sufisme lama sangat mengutamakan maqamat yang dipandang sangat individualistik untuk sampai kepada Tuhan, sementara Neo-Sufisme lebih menekankan akan penghayatan keagamaan esotris yang mendalam tanpa melakukan pengasingan diri atau 'uzlah. Neo-sufisme menekankan aktivitas dan tidak mengalienasi diri dari masyarakat. Dalam integrasinya dengan kehidupan, Neo-Sufisme dapat dipakai sebagai alat untuk menahan hasrat mengekspolitasi alam, sehingga dapat hidup selaras dengan alam. %Z Pembimbing : DR. Syaifan Nur, M.A., dan Fakhruddin Faiz, S. Ag, M. Ag.,