@phdthesis{digilib17793, month = {September}, title = {AGAMA DAN MEDIA MASSA: STUDI KOMPARATIF PEMBERITAAN CHARLIE HEBDO DI SKH KOMPAS DAN REPUBLIKA}, school = {UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA}, author = {NIM. 11210048 SUSILAWATI}, year = {2015}, note = {Drs. Abdul Rozak, M.Pd}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/17793/}, abstract = {Penyerangan kantor Majalah Charlie Hebdo banyak menuai respon dari berbagai kalangan dunia. Ada yang beranggapan bahwa penyerangan tersebut adalah aksi terorisme yang dilakukan oleh orang-orang Muslim terkait karikatur Nabi Muhammad yang ditampilkan Charlie Hebdo pada halaman depan Majalah tersebut. Ada juga yang beranggapan bahwa penyerangan tersebut bukan dilakukan oleh orang-orang Muslim, bahkan tidak ada kaitannya sama sekali dengan Islam karena Islam melarang keras adanya kekerasan dalam hal apapun. Sama halnya dengan media cetak Kompas dan Republika yang memiliki cara pandang berbeda terkait penyerangan kantor majalah satire Charlie Hebdo tersebut. Meski demikian, penulis ingin memberi hal berbeda dalam melihat polemik agama di Kompas dan Republika sesuai frame yang digunakan beserta penyajian masing-masingnya dengan segala visi, misi, dan ideologinya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana SKH Kompas dan Republika mem-frame peristiwa Charlie Hebdo. Adapun teori utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori konstruksi atas realitas yang diperkenalkan oleh Peter Berger dan Thomas Luckman. Teori tersebut kemudian penulis kaitkan dengan teori framing William A. Gamson dan Modigliani. Metode Penelitian dalam penelitian ini menggunakan paradigma konstruksionis. Selain itu pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif bersifat kepustakaan (penjelasan) dan analisis data menggunakan analisis framing model William A. Gomson dan Modigliani. Hasil Penelitian terlihat dengan jelas perbandingan Kompas dan Republika. Kedua media ini tetap menjaga visi dan misi masing-masing tetapi Republika cenderung berpihak pada suatu kelompok atau golongan tertentu, sehingga berita yang dihasilkan cenderung menggebu-gebu mengumbar rasa cemas dan amarah terhadap Charlie Hebdo yang dianggap menjadi pemicu terjadinya masalah dan dianggap memojokkan Islam. Meski demikian, Republika mencoba mengemas dengan bahasa yang halus dan bijak untuk menjaga profesionalitasnya sebagai media yang mengedepankan nilai-nilai universal, damai, cerdas, dan profesional. Sedangkan Kompas justru terlihat lebih profesional dalam penyajian beritanya. terlihat lebih santai dan tidak melebih-lebihkan. Mulai dari judul sampai isi berita disajikan dengan arti yang luas dan bebas tanpa memihak golongan atau kelompok tertentu, sehingga tidak dengan tegas membentuk opini publik tentang siapa yang salah dan siapa yang benar. Kompas mengajak pembaca untuk lebih profesional dalam melihat masalah dengan konteks yang ada terkait Charlie Hebdo. Memberi pandangan luas tanpa mengkesampingkan perhatiannya dalam konteks struktur masyarakat.} }