TY - THES N1 - Drs. Mohammad Damamai M.Ag ID - digilib1822 UR - https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/1822/ A1 - SARTIMAN SETIAWAN, NIM. 03531292 Y1 - 2009/04/03/ N2 - Skripsi ini membahas tentang penafsiran Hamka tentang tema-tema politik dalam Al-Qur'An dalam tafsir Al-Azhar. Dalam hal ini penulis memfokuskan kajian ini kepada studi seorang tokoh yaitu Buya Hamka. Dalam khazanah pemikiran Islam, nama beliau sering dimuat sebagai ulama besar dan sastrawan. Pemikirannya diterima oleh berbagai kalangan khususnya kalangan umat Islam Indonesia yang sering diidentifikasikan sebagai quot;kaum modernis quot; atau quot;kaum pembaharu quot; Hamka termasuk mufassir Indonesia generasi abad ketiga setelah Hasbi ash Shidiqy dengan tafsirnya Al-bayan dan Halim Hasan dengan tafsirnya Tafsir al-Qu'ran al-Karim. Di antara bentuk aspek kehidupan dalam Islam adalah prinsip-prinsip dan etika hidup dalam bermasyarakat dan bernegara, sehingga hal ini merupakan salah satu indikasi dan bukti bahwa dalam Islam diatur pula sistem bermasyarakat dan bernegara atau yang kemudian dikenal dengan politik Islam dengan berbagai macam teorinya yang memakai kerangka dasar pemikiran al-Qur'an dan as-Sunah. Dalam pandangan para pemikir Islam kontemporer, ilmu politik modern tidaklah universal, dan bisa dikatakan terlalu bersifat spesifik. Hal ini karena dalam pemikirannya tidak memikirkan masalah etis fundamental terutama moral agama. Bahkan saat-saat ini politik sering di identikan dengan perilaku negatif oleh karena perilakunya yang bergaya preman. Melihat permasalahan seperti itu perlunya suatu pemahaman yang lebih spesifik lagi terhadap kajian politik Islam. Penulis disini akan menjelaskan pemikiran Hamka dengan metode analisis terhadap ayat-ayat yang berkaitan tentang tentang tema-tema politik. Hal itu terlihat dari pemikiran Hamka bahwa al-Qur'an sendiri tidak menghendaki adanya pemisahan antara agama dan negara, kedua-duanya sangatlah saling menyempurnakan. Seperti konsep syura. Hamka memandang walaupun di dalam al-Qur'an tidak dijelaskan teknik syura, tetapi dia menjelaskan bahwa syura bergantung situasi dan kondisi jaman asal tidak keluar dari moral agama. Kemudian konsep negara dan kepala negara, Menurutnya terciptanya kesejahteraan suatu negara adalah pemimpin dan rakyatnya harus mempunyai akhlak al-Qur'an dalam kesehariannya. Kemudian tentang hubungan internasional menurut Hamka, Islam tidak melarang manusia bekerjasama dengan orang kafir asal mereka tidak memerangi dan mengusir kita dari kampung halaman kita. Tentang moral politik agama, Hamka lebih menyoroti kepada sikap konsisten pelaku politik dalam perilaku politiknya. Dari penafsiran Hamka di atas dapat diindikasikan bahwa Hamka ingin merekontruksi pemahaman manusia tentang politik yang berawal dari negatif ke positif yaitu dengan menafsirkan ayat-ayat yang berkaitan dengan tema-tema politik. Agar mereka bisa memahami bahwa politik itu sangatlah mulia apabila bermoralkan agama. PB - UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA KW - Tafsir Al Azhar KW - Hamka KW - Politik M1 - skripsi TI - PENAFSIRAN HAMKA TENTANG POLITIK DALAM TAFSIR AL-AZHAR AV - restricted EP - 113 ER -