@phdthesis{digilib1839, month = {April}, title = {PEREMPUAN DALAM AL-QUR'A N (Studi Terhadap Pemikiran Muhammad Al-Gazalli)}, school = {UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta}, author = {NIM.: 02531223 Nurlaelah}, year = {2009}, note = {Pembimbing : Dr. Suryadi, M.Ag Inayah Rohmaniyah, S.Ag. M.Hum,}, keywords = {Wanita dalam Islam}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/1839/}, abstract = {ABSTRAK Diskursus perempuan dalam teks dan konteks, tidak pernah sepi dalam kajian maupun penelitian, baik dalam wacana klasik maupun kontemporer. Al-Qur'an yang diharapkan menjadi satu-satunya pembela yang adil bagi perempuan sering dibekukan oleh 'kepentingan' maupun tradisi yang 'kolot'. Sehingga nilainilai dasar (dari al-Qur'an) sebagai corong pengaman bagi perempuan seolah-olah bisu dan tidak bersuara. Degradasi status sosial perempuan dan 'pengebirian' peran dalam gelanggang aktifitas baik dalam keluarga (domestik) maupun dalam masyarakat (publik) masih menyisakan luka diskriminasi. Muhammad al-Gazali, mengupas problematika tersebut dengan menghadirkan dan menyuarakan kembali pembelaan al-Qur'an untuk perempuan. Back ground-nya sebagai seorang teolog dan da'i bukan seorang feminis atau pemerhati gender, membawa nuansa tersendiri dalam menentukan pandangannya. Penelitian ini merupakan kajian pustaka dengan sumber primer kitab Qadaya al-Mar'ah Baina al-Taqalid al-Rakidah wa al-Wafidah dengan beberapa sumber sekunder seperti Sunnah Nabi Saw. Menurut Ahli Fiqh dan Ahli Hadis, Nahwa Tafsir Maudu'I Li Suwar al-Qur'al-Karim dan lain-lain. Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi. Penelitian ini dikaji dengan metode deskriptif dan dianalisis dengan menggunakan analisis isi (content analisis) dan analisis gender. Pandangan-pandangan al-Gazali tentang perempuan mendeskripsikan nilai-nilai dasar al-Qur'an, bahwa perempuan dan laki-laki memiliki kesetaraan dalam status ontologis, sama-sama sebagai mahluk yang memiliki hak dan kewajiban, keduanya adalah sebagai mitra sejajar yang sama-sama memiliki daya intelektualitas dan spiritualitas. Begitu juga dalam hak berperan dan berprofesi. Perempuan dalam status dan perannya dalam keluarga, al-Gazali memposisikan perempuan sebagai saudara, sahabat abadi dan mitra sejajar dari seorang laki-laki, baik dalam status anak, istri maupun ibu. Sehingga perempuan memiliki nilai peran yang sama dalam mendukung terciptanya tujuan risa lah pendidikan keluarga yang tauhidi, dan mendukung terwujudnya misi sosial keluarga. Sedangkan pandangannya tentang status dan peran perempuan dalam masyarakat, ia men-support kaum perempuan untuk aktif dan berperan serta dalam wilayah publik, yaitu berperan serta membangun umat dan agama. Pandangan-pandangan al-Gazali menghindari sikap fanatisme mazhab, ia berprinsip dengan orientasi kemaslahatan, walaupun pandangan-pandangannya sendiri sering kontroversial dan nyaris diskriminatif. Namun demikian, ide dan pandangannya cukup kritis dan progresif, yang diharapkan dapat aplikatif. Memberikan keluwesan untuk peran perempuan dalam menghadapi kerasnya proses transisi segala budaya menuju modernisme Islami.} }