%A NIM. 01360972 AHMAD SHOFI AZZAKI %O 1. Drs. M. RIZAL QOSIM, M.Si. 2. Drs. OCKTOBERIUNSYAH, M. Ag %T SOEKARNO DAN SOEHARTO DALAM POLITIK PENGUASAAN NEGARA %X Proses politik secara umum memang meniscayakan suatu kemenangan atas obyek yang disebut kekuasaan. Politik adalah proses machtsvorming dan machtsanwending, suatu ikhtiar "pembentukan kekuasaan" dan "penggunaan kekuasaan". Orientasi kekuasaan senyatanya telah menjadi nalar hegemonik. Di Indonesia, rotasi kekuasaan berlangsung tidak normal, dari ciri kudcta srunpai persekongkolan konstitusi. Pergolakan politik pcnguasaan ncgara dcngan sistcm seperti itu telah menjadi catatan sejarah panjang dalam siklus perpolitikan Indonesia. Diawali dengan jatuhnya Soekarno tahun 1965 melalui drama kudeta militer di bawah komando Soeharto dan mengantarkannya menuju puncak kekuasaan dibawah panji-panji orde baru. Pokok masalah dalam skripsi ini adalah bagaimana gerakan politik Soekarno dan Soeharto dalam politik penguasaan negara. Hakikat politik adalah kegiatan yang berada pada sekitar institusi politik yang dimanifestasikan oleh aktor-aktor politik, hakikat itu bermakna bahwa politik adalah segala aktifitas yang berhubungan dengan kekuasaan dengan tujuan untuk mempengaruhi, dengan jalan mengubah atau mempertahankan suatu bentuk atau tatanan sosial masyarakat. Dengan pendekatan sosio-historis, sedangkan analisa skripsi ini menggunakan metode kualitatif-analitis, deduksi dan komparasi. Konstalasi politik selanjutnya berjalan dengan pasang surutnya, hingga tahun 1958 ketika dimulainya perang dingin antara blok Amerika dan blok Uni Soviet. Hal ini mengakibatkan terjadinya benturan kepentingan antar berbagai pihak, antara yang pro blok barat dan pro blok timur. Konflik geo-politik Internasional ini berujung pada tumbangnya rezim Soekarno pada 1965. Kemenangna Soeharto dalam menggulingkan tampuk kekuasaan Soekamo tidak terlepas dari kepentingan Amerika untuk membasmi musuh perang dingin. Ada dua faktor fundamental yang melatar belakangi terjadinya pergeseran kekuasaan. Pertama, adalah Uni Soviet yang menjelma menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI). Sikap politik bebas aktif dalam pengertian tidak berpihak pada blok barat dan timur hanya menjadi slogan semata, karena diakui atau tidak gerakan politik Soekarno yang secara tegas menentang misi kapitalis secara tidak langsung telah terjebak pada keberpihakan terhadap Uni Soviet. Kedua, syahwat politik Soeharto yang berambisi untuk menggulingkan Soekarno dari tampuk kekuasaan merupakan keberpihakan terhadap Amerika yang kemudian melahirkan Ideology Developmentalisme. Huru hara politik, dari peristiwa Supersemar hingga G-30 S merupakan turunan langsung dari perang dunia kedua, baik secara politik maupun ideologi. Persoalan ini disebabkan oleh kelemahan pemimpin bangsa Indonesia dalam membaca peta geo-politik dunia. Inilah fase kedua kejatuhan bangsa Indonesia dalam cengkeraman bangsa asing setelah sebelumnya ditundukkan oleh Portugis dan Belanda pada abad XVI di era kolonialisme klasik. Di saat itulah bangsa Indonesia didikte dan disandera oleh ideology developmenbtalisme di bawah komando rezim Soeharto dengan coup Orde Barunya yang kapitalistik. %K Sukarno, Suharto %D 2007 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %L digilib18471