%0 Thesis %9 Skripsi %A NUR LZZA MILLATI, NIM. 01530829 %B FAKULTAS USHULUDIN %D 2007 %F digilib:18702 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %T KELAS SOSIAL DALAM AL-QUR' AN (ANALISIS STRUKTURALISME LEVI-STRAUSS ATAS Q.S. AL-NISA' AYAT 71-100) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/18702/ %X Strukturalisme Levi-Strauss .. merupakan epistimologi yang mengkritik teori evolusi dan difusi dalam kajian ilmu sosial budaya. Epistimologi ini memiliki asumsi dasar bahwa fen omena bahasa itu mirip dengan fen omena budaya (Levi-Strauss, 1972:71 ), sehingga dalam mengkaji keduanya, kita bisa menilik atau bertolak dari salah satunya. Bahasa adalah cermin budaya masyarakat setempat, dari bahasa kita dapat mengetahui bagaimana budaya masyarakat setempat. Strukturalisme ini merupakan anak kandung strukturaiisme yang diperkenalkan Ferdinand de Saussure.De Saussure beranggapan bahwa seluruh realitas ini dapat dianggap dan diposisikan sebagai sebuah tanda, seluruh eksistensi tergantung pada eksistensi yang lainnya, sehingga ia adalah kritik terhadap faham eksistensialisme ketika itu. Oleh karena itu, dalam teori ini yang dicari adalah relasi-relasi antar tanda tersebut. Relasi tersebut bisa berupa relasi sintagmatik maupun paradigmatik. Penerapan epistimologi ini pada AI-Qur'an memiliki konsekwensi yaitu bahwa kita harus menganggap AI-Qur'an sebagai sebuah teks. Artinya, ayat-ayat yang terdapat dalam Al-Qur'an adalah kode komunikasi antara Muhammad sebagai komunikan dengan Tuhan sebagai komunikatornya, sedangkan Malaikat Jibril sebagai perantaranya. Selanjutnya, karena ia adalah sebuah bahasa yang dalam bentuk bahasa arab, maka bahasa itu dapat digunakan untuk me.mahami kebudayaan masyarakat ,pemilik bahasa tersebut. Artinya, Ayat-ayat Al-Qur'an ini merupakan cermin bagi kebudayaan masyarakat arab. Adanya hubungan antara ayat dengan budaya dalam kajian keilmuwan AI-Quran bisa ditilik dari konsep Nisikh, Mansiikh, wal;yu, •Munisabah serta konsep Asbabun Nuzul (Nasr Hamid, 2001: 24) Penggunaan Al-Nisa' ayat 71-100 sebagai objek dalam penelitian ini, disebabkan memungkinkannya ayat-ayat ini untuk dikaji dengan strukturalisme Levi -Strauss, karena ayat-ayat ini mengisahkan tentang kontlik kelas yang ada di Makah maupun di Madinah, sehingga mudah untuk mendapatkan etnografi. Data etnografi dari ayat -ayat ini bisa didapatkan dari tafsir-tafsir maupun dari buku-buku sejarah kehidupan Muhammad. Secara surface structure kontlik yang teljadi antara Muhammad dengan Abdullah bin Ubay maupun dengan orang-orang yahudi adalah konflik antara imigran dengan penduduk tetap. Selain itu, terjadi pula kontlik antara Abu Sufyan dengan Muhammad, yang sama-sama orang Makkah. Abu Sufyan merepresentasikan kelas bangsawan dari Makah, sementara Muhammad merupakan kelas tertindas. Meskipun demikian, hubungan Muhammad dengan Abu Sufyan ini adalah hubungan darah yaitu sama-sama cucu dari Qusay, sehingga secara genealogis Muhammad memiliki darah bangsawan, begitupun posisi Muhammad di Madinah, meskipun Muhammad adalah penduduk Makkah, namun darah yang mengalir dalam diri Muhammad terdapat darah bangsawan dari suku Khazraj. Kedua konflik ini, diakhiri dengan kemenangan di pihak Muhammad. Kemenangan tersebut menunjukkan keunggulan Muhammad dari Abu Sufyan maupun Abdullah bin Ubay. Setelah mengkaji melalui model strukturalisme levi-Strauss, yaitu secara sintagmatik maupun paradigmatik dari tokoh-tokoh tersebut, dapat ditemukan hidden messagenya, yaitu ayat-ayat ini mengungkap mengenai konsep pemimpin ideal dalam masyarakat arab ketika itu. Pemimpin ideal ketika itu adalah Muhammad, Muhammad ini ada1ah tokoh yang mampu untuk mengatasi segala struktui, ia dapat diterima oleh seluruh kelas yang berada dalam masyarakat arab ketika itu. %Z Drs. Indal Abror, M.Ag