%A NIM. 1320511045 TARTO, LC %O DR. Ahmad Ahmad Baidowi, M.Si. %T ISRAILIYYAT KISAH YUSUF DALAM TAFSIR MARAH LABID %X Kisah Nabi Yusuf adalah kisah yang sangat unik jika dibandingkan dengan kisah-kisah yang lain. Pertama, kisah Nabi Yusuf a.s diceritakan dalam satu surat khusus, dan satu surat ini hanya berisi rangkaian cerita kisah Yusuf. Kedua, isi kisah Nabi Yusuf a.s ini berlainan pula dengan kisah-kisah para nabi yang lain. Dalam kisah nabi-nabi yang lain Allah menitik beratkan kepada tantangan yang bermacam-macam dari kaum mereka, kemudian mengakhiri kisah itu dengan kemusnahan para penentang nabi itu. Sedangkan dalam kisah Nabi Yusuf a.s. Allah swt menonjolkan akibat yang baik dari kesabaran, dan bahwa kesenangan itu datangnya sesudah penderitaan. Berangkat dari sini penulis tertarik untuk meneliti kisah Nabi Yusuf Khususnya dalam prespektif tafsir Mara>h Labi>d karya Syaikh Nawawi, salah seorang ulama Indonesia yang tafsirnya telah menjadi rujukan utama dalam dunia pesanten di Indonesia. Hal ini menjadikan pemikiran Syaikh Nawawi otomatis tersebar luas di kalangan ulama dan para da’i di Indonesia, salah satu problem yang dihadapi para ulama atau da’i adalah ketika menukil kisah yang ada dengan tanpa mengetahui kesahihan dari kisah tersebut, sehingga kadang kala membuat apa yang disampaikan bisa bertentangan dengan ‘usmah al-anbiya. Tesis ini secara khusus membahas tentang riwayat Israiliyyat kisah Yusuf dalam tafsir Mara>h Labi>d dan bagaimana sikap Syaikh Nawawi dalam menghadapi riwayat Israiliyyat. Pembahasan dengan menggunakan metode kritik matan ( naqd matn) ini menjadikan tafsir Mara>h Labi>d sebagai rujukan utama. Penelitian terhadap tesis ini menghasilkan konklusi, Syaikh Nawawi dalam menjelaskan ayat-ayat tentang kisah (khususnya kisah Yusuf) dengan menggunakan sumber Israiliyat, lebih banyak menggunakan riwayat dari pada ra’yu, dengan meminjam istilah al-Zahabi sebagai ‚min ba>b al-tagli>b‛. Tafsir Mara>h Labi>d merupakan tafsir yang termasyhur dalam mengemukakan cerita-cerita Isra>iliyya>t, tanpa menyebut sanadnya secara lengkap, sesekali saja memberikan isyarat akan keda’ifannya, dan menjelaskan ketidaksahihannya, namun seringkali hanya meriwayatkan apa yang diriwayatkan tanpa memberikan penilaian atau komentar sama sekali walaupun ternyata apa yang dikemukakan itu bertentangan dengan prinsip-prinsip syara’. Syaikh Nawawi mengemukakan kisah atau cerita Israiliyat dengan mencukupkan diri dengan ungkapan: dikatakan ( قيل ), Ahli Sejarah dan cerita berkata, dan sebagainya. Dengan demikian, dapat disimpulkan pula bahwa peran ra’yu dalam menerima Israiliyat pada tafsir Mara>h Labi>d baru pada dataran deskriptif atau hanya mengemukakan beberapa kisah dengan versi yang berbeda dari beberapa sumber Israiliyyat, belum sampai pada dataran analitik, yakni memberikan penilaian mana riwayat Israiliyyat yang sahi