@phdthesis{digilib19523, month = {August}, title = {PENOLAKAN MAJ{\=A}Z DALAM AL-QUR?AN (Studi atas Kitab Man?u Jaw{\=a}z al-Maj{\=a}z fi al-Munazzal li al-Ta?abbud wa al-I?j{\=a}z Karya al-Syinq{\=i}{\d t}{\=i})}, school = {UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA}, author = {NIM. 11531022 MOCHAMAD ZAENUR RIFQI}, year = {2015}, note = {Dr. Ahmad Baidowi, M.Si.}, keywords = {majas, al qur'an}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/19523/}, abstract = {Keindahan bahasa al-Qur?an merupakan salah satu kemukjizatan tersendiri. Di samping terdapatnya ayat-ayat mutasy{\=a}bih{\=a}t, gaya bahasa al-Qur?an yang mengandung unsur-unsur metafora atau maj{\=a}z menjadi daya tarik sendiri bagi para ulama untuk mengkajinya. Terbukti ada perbedaan di antara ulama dalam memandang hal tersebut, yang setidaknya dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu {\d z}ahiriyah (menolak maj{\=a}z), mu?tazilah (menerima maj{\=a}z) dan asy?ariyah (tawaqquf). Berbeda dengan 3 kelompok tersebut, ada seorang ?{\=A}lim bernama Mu{\d h}ammad bin A{\d h}mad N{\=u}h al-Syinq{\=i}{\d t}{\=i} yang melalui kitabnya, Man?u Jaw{\=a}z al-Maj{\=a}z f{\=i} al-Munazzal li al-Ta?bbud wa al-I?j{\=a}z al-Syinq{\=i}{\d t}{\=i} menolak eksistensi maj{\=a}z dalam al-Qur?an. Selain itu, al-Syinq{\=i}{\d t}{\=i} juga menolak penafsiran ulama terhadap ayat-ayat al-Qur?an yang dikatakan sebagai bentuk maj{\=a}z, dengan argumen yang digunakan oleh al- Syinq{\=i}{\d t}{\=i} yaitu dari segi ilmu kebahasaan. Berangkat dari hal ini, penulis tertarik untuk mengkaji: pertama, argumen-argumen yang digunakan al-Syinq{\=i}{\d t}{\=i} dalam menolak eksistensi maj{\=a}z dalam al-Qur?an. Kedua, pemahaman al-Syinq{\=i}{\d t}{\=i} terhadap ayat-ayat al-Qur?an yang dianggap maj{\=a}z oleh ulama lain. Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan dengan menggunakan metode deskriptif-analitis. Adapun cara yang dilakukan penulis adalah menelaah argumen al- Syinq{\=i}{\d t}{\=i} dalam menolak eksistensi maj{\=a}z dalam al-Qur?an, yang mana sebelumnya penulis awali dengan penjelasan argumen dari masing-masing kelompok yang menanggapi persoalan maj{\=a}z. Hal ini untuk melihat dimana posisi al-Syinq{\=i}{\d t}{\=i} berada. Sedangkan terkait dengan pemahaman al-Syinq{\=i}{\d t}{\=i} terhadap ayat-ayat al-Qur?an yang dianggap maj{\=a}z oleh ulama lain, dalam hal ini penulis melihat pada beberapa kitab tafsir seperti karya al-Zamakhsyar{\=i}, Ab{\=u} {\d H}ayy{\=a}n, al-Qur{\d t}ub{\=i}, al-Al{\=u}s{\=i}, dan al-{\.S}a?lab{\=i}. Dengan metode dan pendekatan tersebut, penulis menemukan 5 argumen penolakan al-Syinq{\=i}{\d t}{\=i} terhadap eksistensi maj{\=a}z dalam al-Qur?an. Pertama, al- Syinq{\=i}{\d t}{\=i} berpendapat bahwa dalil yang digunakan oleh ulama yang menerima adanya maj{\=a}z dalam al-Qur?an yaitu setiap hal yang boleh atau berlaku dalam bahasa, maka boleh juga diterapkan atau diberlakukan dalam al-Qur?an. Kedua, ayat-ayat yang dianggap sebagai usl{\=u}b maj{\=a}z oleh ulama lain, menurutnya itu bukan merupakan maj{\=a}z akan tetapi merupakan usl{\=u}b bahasa Arab yang lain. Ketiga, jika al-Qur?an dimaknai dengan maj{\=a}z atau makna lain, maka tindakan tersebut menafikan makna asli yang diungkapkan dalam al-Qur?an. Keempat, perihal maj{\=a}z dalam al-Quran tidak dikatakan atau tidak ada pada masa Nabi, Sahabat maupun Tabi?in. Kelima, dalam memaknai ayat-ayat sifat, al-syinq{\=i}{\d t}{\=i} berpedoman dengan dua dalil, yaitu: percaya dan mengimani terhadap segala yang Allah telah tetapkan di dalam al-Qur?an dan menafikan adanya keserupaan Allah terhadap makhluk, atau tanz{\=i}hull{\=a}h. Terkait dengan pemahaman al-Syinq{\=i}{\d t}{\=i} terhadap ayat-ayat yang dianggap maj{\=a}z oleh ulama lain, al-Syinq{\=i}{\d t}{\=i} menyatakan bahwa ayat-ayat tersebut tidak mengandung maj{\=a}z, melainkan merupakan usl{\=u}b bahasa Arab yang lain. Seperti pada kalimat ???? ?? ? ????? ??? dalam Q.S. Y{\=u}suf [12]: 82, dikatakan bahwa kalimat tersebut merupakan usl{\=u}b dil{\=a}lah iqti{\d d}{\=a}?.} }