@phdthesis{digilib19810, month = {January}, title = {SINONIMITAS DALAM AL-QUR'AN (STUDI ATAS LAFADZ AL-SYAKK DAN AL-RAIB)}, school = {UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA}, author = {NIM. 11530015 ARIEFTA HUDI FAHMI}, year = {2016}, note = {Prof. Dr. Fauzan Naif, MA}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/19810/}, abstract = {Sinonimitas dalam al-Qur'an telah menjadi kajian yang hangat diperbincangkan. Ulama ahli bahasa Arab memperdebatkan keberadaan sinonim kata yang berada dalam al-Qur'an. Salah satu pasang kata yang sinonim ialah lafadz al-Syakk dan al-Raib yang bermakna ragu. Kemudian lahir teori Asinonimitas sebagai wujud atas keingkarannya terhadap sinonim kata dalam al- Qur'an. Data di atas menjadikan benak penulis muncul kegelisahan akademik berupa, Apa makna kata al-Syakk dan al-Raib dalam al-Qur'an? Bagaimana hubungan kata pada lafadz al-Syakk dengan al-Raib ditinjau berdasarkan medan semantik? Bagaimana konteks tekstual kata al-Syakk dan al-Raib dalam al- Qur'an? Penelitian ini diharapkan mampu mengetahui keberadaan sinonimitas dalam al-Qur'an melalui sampling kata dengan menggunakan pasangan kata tersebut. Metode penilitian yang dilakukan pada riset ini menggunakan metode analisis-deskriptif. Sedangkan pendekatan yang digunakan ialah pendekatan linguistik. Penulis melacak dan menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah yang telah ditetapkan. Kemudian menganalisis makna-makna yang terkandung di dalam ayat tersebut dengan menggunakan analisis sintagmatik dan analisis paradigmatik lalu mengintegrasikan konsep-konsep yang telah diperoleh. Untuk mendapatkan makna yang khusus dalam al-Qur'an, penulis melakukan analisis konteks tekstual terhadap ayat-ayat yang dikaji. Mutar{\=a}dif menurut istilah bahasa adalah beraneka ragamnya lafadz berjumlah dua atau lebih dengan disepakati satu makna. Ada beberapa faktor yang menyebabkan satu makna memiliki beberapa kata. Sebagian ulama sepakat dengan keberadaan sinonimitas dalam al-Qur'an namun sebagian yang lain mengingkarinya karena beberapa alasan. Penolakan yang paling menonjol ialah Muhammad Syahrur dan Bint al-Sya{\d t}i?. Makna dasar kata al-Syakk ialah ?berlawanan? atau dalam bahasa Arab disebut ?al-Ta?aru{\d d}?. Berdasarkan analisis sintagmatik didapati kata diantaranya mur{\=i}b, syubbiha, m{\=a} laum min ?ilm, {\d z}ann, dan m{\=a} qatal{\=u}hu yaq{\=i}n{\=a}. Kemudian hasil dari analisis paradigmatik ialah lafadz {\d z}ann, taraddud, dan yaq{\=i}n. Sedangkan makna dasar raib ialah ?gelisah? atau dalam bahasa Arab disebut ?al-Qalaq?. Analisis sintagmatik terhadap kata raib diantaranya syakk, {\d z}ann dan taraddud. Kemudian hasil dari analisis paradigmatik ialah lafadz al-Qalaq, Al-I{\d z}{\d t}ir{\=a}b, Al- ?Azm dan Al-{\d T}uma?n{\=i}nah. Konsep al-Syakk dan al-Raib memiliki kedekatan konsep serta saling terikat, hal ini diketahui kedua kata tersebut saling berdampingan dalam satu ayat guna menguatkan makna satu sama lain. Kedua makna kata tersebut dijembatani oleh kata {\d z}ann dan taraddud yang bermakna tidak tetap atau samar. Apabila dilihat berdasarkan analisis konteks tekstualnya maka kata al-Syakk memiliki konteks tekstual yang cakupannya lebih sempit dibanding al-Raib. Sehingga teori asinonimitas dalam al-Qur'an masih relevan, mengingat dalam penelitian ini tidak ditemukan persamaan murni antara keduanya.} }