%0 Conference Paper %A Kuncahyono, Trias %B Seminar Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) bekerjasama dengan Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga %C Yogyakarta %D 2016 %F digilib:20044 %K Arab Spring, Timur Tengah %P 1 %T ARAB SPRING DAN MASA DEPAN TIMUR TENGAH (TINJAUAN SEORANG WARTAWAN) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/20044/ %X Mohammed Bouazizi, nama lengkapnya Tarek al-Tayeb Mohamed Bouazizi (26), pedagang kaki lima yang menjual buah dan sayuran, membakar diri di Sidi Bouzid, Tunisia. Hari itu, I 7 Desember 20 I 0. Dengan membakar diri, Bouazizi tidak bermaksud untuk memulai sebuah revolusi Tunisia. Ia, bahkan, tidak tahu, tidak memperkirakan bahwa tindakannya memotivasi rakyat di sejumlah negeri Dunia Arab bergerak memperjuangkan perubahan sosial, perubahan politik; reformasi demokratik, melawan rezim yang berkuasa, dan pada ujungnya menyingkirkan penguasa yang dianggap otoritarian, yang dianggap diktator, yang dianggap hanya memikirkan diri dan keluarga serta kelompoknya saja. Meskipun tindakan bakar diri Bouazizi lebih merupakan ungkapan kefrustasiannya menghadapi beratnya hidup ketimbang sebuah keputusan yang dimaksudkan untuk mendorong terjadi perubahan sosial dan politik, tetapi apa yang ia lakukan menjadi simbol gerakan lokal dan kerusuhan yang pada akhirnya melanda seluruh Tunisia dan bahkan melintas perbatasan dan mengobarkan pergolakan di sejumlah negara di Dunia Arab. Bouazizi tidak menginspirasi pergolakan di Arab karena ia istimewa; ia menginspirasi demonstrasi karena situasinya sama sekali tidak unik. Tidak unik, karena situasi di negaranegara lain di Timur Tengah dan Afrika utara, hampir sama dengan situasi di Tunisia. Bouazizi menjadi simbol ekspresi frustasi sosial-kultural yang begitu kuat: ketidakmampuan anak muda mewujudkan cita-cita menjadi matang, dewasa, mandiri, memiliki pekerjaan. 1 Bouazizi secara cepat menjadi simbol keputusasaan ekonomi yang sama-sama dirasakan mayoritas rakyat Tunisia