@phdthesis{digilib20310,
           month = {February},
           title = {KERENGGANGAN SOSIAL JAMAAH MAJELIS TAFSIR AL- QUR?AN (MTA) DENGAN MASYARAKAT DUSUN KUNANG,  KELURAHAN KEBON, KECAMATAN BAYAT, KABUPATEN KLATEN},
          school = {UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA},
          author = {NIM. 12540052 IZZATUN IFFAH},
            year = {2016},
            note = {Dr. Munawar Ahmad, S.S.M.Si},
        keywords = {MTA () Majelis Tafsir Al-Qur'an, kerenggangan},
             url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/20310/},
        abstract = {Islam dan segala ajarannya dipahami secara berbeda-beda oleh
pemeluknya sehingga melahirkan berbagai macam gerakan keagamaan.
Munculnya gerakan-gerkan Islam tersebut tentu memiliki ciri khas masing-masing
meskipun tujuan utama mereka sama yakni sama-sama memperbaiki keadaan
umat Islam, perbedaan ini tidak diragukan lagi dapat memunculkan konflik antar
kelompok. Majelis Tafir Al-qur?an (MTA) merupakan salah satu pergerakan
Islam yang bertujuan untuk mengembalikan umat Islam sesuai dengan Al-qur?an
dan Hadis. Lahirnya MTA dengan segala ajarannya ditengah-tengah masyarakat
telah memberi dampak besar, paham keagamaan yang tidak sesuai dengan
masyarakat menimbulkan berbagai macam permasalahan.
Peran MTA ditengah-tengah masyarakat Kunang menyebabkan
permasalahan yang semakin merambah ke ranah sosial. Dari permasalahan yang
muncul penulis merumuskan persoalan yaitu, Bagaimana sejarah perkembangan
jamaah MTA di Dusun Kunang dan Apa dampak yang muncul akibat adanya
jamaah MTA terhadap hubungan sosial masyarakat Dusun Kunang.
Penelitian ini adalah penelitian lapangan yang bersifat kualitatif. Melalui
teori fungsi positif konflik yang dikenalkan oleh Lewis A. Coser penulis
menganalisa konflik yang terjadi antara jamaah MTA dengan warga masyarakat
Dusun Kunang. Lewis A. Coser menjelaskan bahwa secara positif konflik dapat
membantu mempertahankan struktur sosial masyarakat. Hal tersebut dapat terjadi
melalui katup penyelamat, yaitu suatu mekanisme yang dikenalkan Lewis A.
Coser untuk meredam konflik dengan membiarkan luapan emosi pelaku konflik
tersalurkan sehingga dapat ditemukan titik temu antara keduanya. Selain itu Lewis
A. Coser juga membagi konflik menjadi dua menurut penyebabnya yaitu, konflik
realisitik dan non-realistik.
Hasil dari penelitian ini adalah kerenggangan sosial antara jamaah MTA
Dusun dengan masyarakat Dusun Kunang selain disebabkan oleh paham
keagamaan yang berbeda jugaada kecemburuan sosial karena kedekatan Jamaah
MTA dengan aparat pemerintahan Desa yang dianggap lebih berkuasa dari
pejabat Dusun sehingga lebih bebas dalam mengadakan kegiatan. Permasalahan
yang terjadi diantaranya kegiatan donor darah, pelaksanaan hari raya Qurban dan
upacara pernikahan. Meskipun demikian terdapat pengaruh positif yang muncul
akibat kerenggangan tersebut baik untuk pihak MTA maupun masyarakat sendiri
dan kini hubungan yang terjalin antara MTA dan masyarakat bersifat simbiosis
komensalisme}
}