%A NIM. 12531147 M KAMALUL FIKRI %O Prof. Dr. H. Muhammad Chirzin, M.Ag %T KONSEP RELASI LAFAZ DAN MA’NA DALAM PERSPEKTIF ’ABDUL QAHIR AL-JURJANI (W. 471 H) %X Al-Qur‘an merupakan kalamullah yang menjelma dalam bahasa Arab karena diturunkan kepada utusan-Nya yang merupakan orang Arab. Sifat bahasa yang arbriter dan konvensional meniscayakan adanya perselisihan di dalamnya. Begitu juga al-Qur‘an yang merupakan “teks terbuka” menyebabkan adanya truth claim dari individu atau golongan terhadap pemahaman kandungan makna lafaz-lafaz al-Qur‘an. setiap klaim selalu berhubungan dengan cara pemaknaan dan pemahaman terhadap kandungan al-Qur‘an. Motif yang menjadi latar belakang tidak selamanya untuk memposisikan al-Qur‘an sebagai kalamullah dan kitab petunjuk, tetapi sebagian karena alasan kekuasaan, politik, pembelaan terhadap maz\hab, dan sebagainya. Keberagaman pemaknaan dan pergeserannya sebenarnya tidak serta merta karena alasan subjektif, tetapi suatu lafaz tidak dengan sendirinya mampu menunjukkan ma’na-nya. Suatu ma’na ditentukan oleh bentuk susunan (bangunan lafaz) dan relasi yang menyertainya (relasi lafaz-ma’na). Salah satu ’ulama‘ yang menaruh perhatian dalam kajian ini adalah ’Abdul Qahir al-Jurjani (w. 471 H). Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitis dan pendekatan historisfilosofis dengan tujuan agar diperolehnya deskripsi tentang konsep lafaz, ma’na, dan relasi antara lafaz dan ma’na dalam pandangan al-Jurjani serta implikasinya dalam penafsiran. Mula-mula mendeskripsikan biografi dan latar belakang pemikirannya dan dilanjutkan dengan menganalisis pemikirannya dengan mempertimbangkan alasan-alasan yang ada dibaliknya serta diakhiri dengan penjelasan implikasinya dalam penafsiran. Adapun jenis penelitian ini adalah library research, dengan menekankan pada dua karya monumental al-Jurjani, yaitu Dalail I’jaz dan Asrar al- Balaghah. Menurut al-Jurjani suatu lafaz merupakan penanda/attribute bagi ma’na. Lafaz merupakan bagian bahasa yang tidak diletakkan untuk menunjukkan ma’na dengan sendirinya, tetapi untuk dikumpulkan satu dengan yang lainnya sehingga diketahui kandungannya. Eksistensi suatu lafaz pasti didahului oleh adanya ma’na. sedangkan ma’na dalam pandangan al-Jurjani merupakan gagasan, ide atau maksud yang dituju. Suatu ma’na yang dikehendaki tidak selamanya diperoleh dari bentuk luar lafaz. Lafaz merupakan khadam bagi ma’na, relasi antara lafaz dan ma’na ibarat „wadah‟ dan relasi tersebut tidak bersifat tauqifi. Sedangkan implikasinya dalam penafsiran adalah untuk tidak membatasi suatu pemaknaan hanya pada madlul al-lafz, tetapi juga mempertimbangkan konteks dan bangunan lafaz dalam menandakan ma’na-nya. %D 2016 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %L digilib20354