%0 Thesis %9 Masters %A TAUFIQ, SPDI, NIM. 1420411075 %B PROGRAM PASCASARJANA %D 2016 %F digilib:20533 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Pendidikan Islam, Profetik, Ahmad Dahlan %T DIMENSI PROFETIK DALAM PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM K. H. AHMAD DAHLAN %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/20533/ %X Taufiq., DIMENSI PROFETIK DALAM PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM K. H. AHMAD DAHLAN, tesis, Yogyakarta: Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, 2016. Pencarian format pendidikan khususnya dalam pendidikan Islam, dalam bingkai kajian pemikiran tokoh kiranya menjadi isu yang menarik untuk didiskusikan dari masa ke masa. Hal ini berguna untuk menjaga eksistensi pendidikan dalam merespon arus perkembangan zaman. Di era sekarang ada sebuah tawaran dimensi profetik sebagai bentuk pola ijtihad dalam mengkaji pendidikan Islam. Maka kajian ini mencoba menela`ah pemikiran pendidikan Islam dari salah satu tokoh, yakni Ahmad Dahlan dalam perspektif spirit profetik. Penelitian ini bertujuan memahami konstruksi pemikiran pendidikan Islam Ahmad Dahlan dalam bingkai dimensi profetik. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan khazanah keilmuan pendidikan Islam. Penelitian ini juga merupakan studi kepustakaan/ literatur (library/literature study) dengan pendekatan filosofis. Data-data dikumpulkan dari buku-buku, jurnal, artikel, dan sumber-sumber lain yang terkait dengan penelitian ini. Teknis analisis data berupa interpretasi, koherensi intern, dan deskripsi. Melalui penelitian ini diperoleh hasil sebagai berikut: 1) dimensi profetik yang terdiri dari humanisasi ( تَ أْ مُ مُ تَ و بِ أْ ا تَ أْ مُ بِ و ), liberasi ( تَ أْ تَ أْ تَ و تَ بِ و أْ ا مُ تَ ن بِ ), dan transendensi ( تَ مُ أْ بِ مُ تَ و بِ للّهِ ا بِ ), bisa dijadikan sebagai salah model ijtihad dalam pembaruan pengembangan pendidikan Islam dalam merespon arus zaman. Hingga dalam pengembangan kajian berikutnya, muncul istilah-istilah pendidikan profetik atau prophetic education. 2) Elaborasi diskursus profetik dan pemikiran Ahmad Dahlan sebagaimana berikut. Pertama, humanisasi pendidikan Islam yang membawa misi transformasi sosial menuju transformasi intelektual dan proses membangun karakter kemanusiaan, kiranya Ahmad Dahlan juga memberikan citra yang demikian. Pola-pola pendidikan yang diterapkan Ahmad Dahlan, yang bukan hanya sekedar menyampaikan materi tetapi lebih kepada membuat bagaimana penyampaian materi lebih diinternalisasi dengan indikatornya adalah aplikasi dalam lapangan. Kedua, liberasi pendidikan Islam dengan membawa visi kesadaran,berangkat dari fenomena pendidikan Islam yang anti-realitas, alergi dialog menuju pola pikir daya kritis, kreatifitas, dan empiris-historis. Semangat ini coba diilhami oleh Ahmad Dahlan ketika memikirkan problem realitas pendidikan yang dualisme, seakan pendidikan Islam anti-modernitas. Ketiga, transendensi sebagai pilar pengontrol dua aspek di atas. Ahmad Dahlan dalam praktek pendidikan lebih menekankan kepada pembinaan moralitas sebagai titik awal menuju pembentukan kepribadian yang sempurna (insan kamil). Sikap moral yang Ahmad Dahlan yang bermakna “mengosongkan” pikiran kemudian bersama-sama mencari validitas kebenaran tanpa ada intervensi, semuanya dilakukan dengan hati yang suci. Makna kebenaran ini bukan hanya terjebak dalam kebenaran doktiner, melainkan adanya pembuktian keyakinan kebenaran secara filosofis. %Z Prof. Dr. Siswanto Masruri