%A NIM : 11360037 DIANA SITATUL ATIQ %O Dr. FATHORRAHMAN, S.Ag., M.Si. %T SABDA RAJA SULTAN HAMENGKU BUWONO X MENURUT AKTIVIS NAHDLATUL ULAMA (PWNU YOGYAKARTA) DAN AKTIVIS MUHAMMADIYAH (PWM YOGYAKARTA) (Studi Analisis Terhadap Penghapusan Gelar Khalifatullah) %X Kasultanan Yogyakarta adalah pewaris sah kerajaan Mataram Islam dengan sistem pemerintahan kerajaan yang masih eksis hingga saat ini. Dalam sistem pemerintahan kerajaan, seorang Sultan (raja) memiliki otoritas tertinggi yang bersifat mutlak, baik berupa larangan maupun perintah. Kendati dengan sistem kerajaan yang otoriter, pada kenyataannya masyarakat Yogyakarta patuh dan menjunjung tinggi dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh Sultan, dan salah satu bentuk kebijakan yang dikeluarkan oleh Sultan adalah Sabda Raja. Penelitian yang berjudul “Sabda Raja Sultan Hamengku Buwono X Menurut Aktivis Nahdlatul Ulama (PWNU Yogyakarta) dan Aktivis Muhammadiyah (PWM Yogyakarta) (Studi Analisis Terhadap Penghapusan Gelar Khalifatullah)” ini bertujuan untuk mengetahui pandangan para aktivis Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah mengenai penghapusan gelar Khalifatullah, serta untuk mengetahui metode hukum yang digunakannya. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yaitu dengan menggunakan metode wawancara terhadap aktivis Nahdlatul Ulama (PWNU Yogyakarta) dan aktivis Muhammadiyah (PWM Yogyakarta). Penelitian ini bersifat deskriptif analitik, yakni suatu usaha untuk memaparkan dan mengumpulkan data terkait penghapusan gelar Khalifatullah, kemudian dilakukan analisis terhadap data tersebut dengan berdasarkan teori-teori yang ada dalam hukum Islam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivis Nahdlatul Ulama menolak terhadap penghapusan gelar Khalifatullah dengan alasan dalam gelar Khalifatullah terkandung - - (adat yang dibenarkan dan tidak bertentangan dengan syara’) serta gelar Khalifatullah sudah menjadi sebuah legitimasi dan pengakuan bahwa garis kekuasaan dalam Keraton adalah berdasarkan dari keturunan laki-laki. Sedangkan aktivis Muhammadiyah menolak dihapuskannya gelar dengan alasan dalam kepemimpinan Keraton, tradisi pergantian kekuasaan adalah menganut sistem patriarki, dan dengan gelar Khalifatullah merupakan penegasan dimana laki-laki adalah yang berhak mewarisi kepemimpinan Keraton. Sesuai analisa penyusun, aktivis Nahdlatul Ulama menggunakan metode ’ , yakni dalam penggalian dan penetapan keputusan terkait penolakannya terhadap penghapusan gelar Khalifatullah dengan cara mempraktekkan ’ h dan ’ h serta melalui musyawarah dan diskusi mendalam dengan mengumpulkan orang yang paham terkait masalah itu, yaitu ulama, pakar pemerintahan serta keluarga ndalem Keraton. Sedangkan aktivis Muhammadiyah menggunakan metode - - ti yakni lebih didasarkan pada illat atau kemaslahatan yang diperoleh. %K Sabda raja %D 2016 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %L digilib20560