@mastersthesis{digilib20632, month = {April}, title = {EPISTEMOLOGI KITAB {\d S}AFWAH AL-TAFA?SI?R KARYA SYEKH MUHAMMAD ?ALI AL-{\d S}A?BU?NI}, school = {UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA}, author = {NIM. 1420510052 ABD MALIK AL-MUNIR, S.Ud.}, year = {2016}, note = {Dr. Ahmad Baidowi, M.Si.,}, keywords = {Epistemologi, {\d S}afwah al-Tafa?si?r, al-{\d S}a?bu?ni.}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/20632/}, abstract = {Dalam mengarungi kehidupan ini, seseorang membutuhkan peta yang jelas untuk melewatinya. Bagi seoarang muslim al-Qur?an adalah peta kehidupan, yang dengannya seseorang dapat melewati kehidupan ini dengan baik serta berbuah kebahagian, bukan hanya di kehidupan dunia, namun jauh daripada itu di kehidupan akhirat. Karena al-Qur?an sebagai peta (petunjuk) hidup, maka sudah barang tentu, banyak kalangan yang berkompeten untuk memberikan penafsiran terhadap petunjuk-petunjuk hidup didalam al-Qur?an. Salah satu yang melakukan hal tersebut adalah Syekh Muhammad ?Ali al-{\d S}a?bu?ni. Penafsiran itu tertuang dalam karya magnum oppus-nya {\d S}afwah al-Tafa?si?r. Ada beberapa hal yang membuat penulis tertarik mengkaji kitab {\d S}afwah al-Tafa?si?r ini, yaitu: pertama, {\d S}afwah al-Tafa?si?r mendapat kritikan dari cendikiawan di negara lahirnya kitab ini yakni Saudi Arabia. Kedua, kitab {\d S}afwah al-Tafa?si?r merupakan kitab yang cukup populer dikalangan santri di Indonesia dan dipergunakan sebagai rujukan dalam perlombaan Musabaqah Tilawah al-Qur?an cabang syarhil Qur?an baik ditingkat nasional maupun internasional. Ketiga, ?Ali al-{\d S}a?bu?ni sebagai penulis {\d S}afwah al-Tafa?si?r tetap memakai metodologi penafsiran ala klasik ditengah semaraknya penafsiran ala kontemporer semisal Fazlurrahman, Nasr Hamid Abu Zayd dan Muhammad Syahrur. Adapun pertanyaan yang ditimbulkan penulis dari tesis ini adalah; apakah hakikat penafsiran menurut Muhammad ?Ali al-{\d S}a?bu?ni? Bagaimana konstruksi epistemologi kitab {\d S}afwah al-Tafa?si?r? Mulai sumber, model, metodologi serta validitas penafsiran. Pertanyaan lain yang juga dijawab di tesis ini adalah apa implikasi penafsiran? Metode yang digunakan untuk menganalisa data dalam penelitian ini adalah eksplanatoris-analitis, yaitu penelitian yang mendeskripsikan, menganalisis dan mengkritik, yang pelaksanaannya tidak hanya sebatas pada pengumpulan data, tetapi meliputi analisis dan interpretasi data. Sedangkan kerangka teorinya adalah tipologi penafsiran kontemporer yang diperkenalkan Sahiron Syamsudin sebagai terori untuk meneroka model penafsiran di kitab {\d S}afwah al-Tafa?si?r dan teori yang lain adalah epistemologi dalam filsafat ilmu yang mempertanyakan sumber, langkah penafsiran dan validitas tafsir. Hasil penelitian penulis mengungkapkan bahwa hakikat penafsiran menurut al-{\d S}a?bu?ni adalah dalam rangka membuat al-Qur?an berdaya guna bagi kehidupan atau al-Qur?an berparadigma fungsional dan untuk hal tersebut maka tugas ulama untuk menafsirkan apa yang terkandung didalam al-Qur?an, model penafsiran alx {\d S}a?bu?ni adalah quasi-objektivis tradisional karena al-{\d S}a?bu?ni menerapkan kaidah penafsiran klasik dan masih berpegang pada makna literal. Sedangkan sisi epistemologi di kitab {\d S}afwah al-Tafa?si?r yang terkait pertama sumber penafsiran diantaranya al-Qur?an, hadis, perkataan sahabat, perkataan tabi?i?n, kitab-kitab tafsir serta hasil pikiran al-{\d S}a?bu?ni sendiri yang dikaitkan dengan realita, namun sumber yang paling domiman adalah kumpulan kitab-kitab tafsir yang besar dan berjilid-jilid seperti al-{\.T}abari, al-Qur{\.t}ubi, Kasyaf, Fi {\d Z}ilali al-Qur?an dan lainnya. kedua, Metodologi yang ditempuh al- {\d S}a?bu?ni sangatlah ringkas dan sistematis, namun tidak menghilangkan kesan akan keunggulan kitab ini sebagai rujukan untuk memahami pesan Tuhan, diantara sumber keutamaannya adalah menghadirkan aspek munasabah sebagai tinjauan akan keterkaitan antar ayat, antar surat sehingga al-Qur?an seperti satu kesatuan laksana rantai yang tidak diketahui mana pangkal mana ujungnya, aspek lain adalah kebahasaan (lugah, syawa?hid al-arabiyah, balagah), asba?b al-nuzu?l serta Fawa?id, La{\d t}a?if dan tanbi?h. Ketiga validitas penafsiran, secara teroritis al-{\d S}a?bu?ni menerapkan uji keabsahan dengan menggunakan tiga teori validitas: koherensi, korespondensi dan pragmatis. Secara aplikatif di dominasi koherensi dan pragmatis. Koherensi karena selalu konsisten menerapkan teori metodologi yang dibuatnya, dan pragmatis dengan menitikberatkan kepada upaya memahamkan audiance dengan penggunaan bahasa yang lugas dan padat. Penafsiran yang memperhatikan audiance ini juga merupakan implikasi penafsiran dalam wujud sosial karena mempertimbangkan efektivitas umat yang sudah sibuk dengan aktivitas diluar penggalian sumber petunjuk hidup, berangkat dari efetivitas itu jualah tercipta implikasi metodologis, yakni menafsirkan al-Qur?an dengan singkat dan padat namun tetap mengandung pesan petunjuk.} }