@mastersthesis{digilib21433, month = {June}, title = {PENDIDIKAN KARAKTER PERSPEKTIF MUSTHAFA AL-GHALAYINI DAN RELEVANSINYA TERHADAP PENDIDIKAN ISLAM (STUDI ANALISIS KITAB ?I{\d Z}AH AN-N{\=A}SYI?{\=I}N)}, school = {UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA}, author = {NIM. 1420411016 NURKHOLIS ?ATHOURROHMAN}, year = {2016}, note = {Dr. H. Abdul Mustaqim, M. Ag.}, keywords = {Pendidikan, Karakter, Musthafa al-Ghalayini.}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/21433/}, abstract = {NURKHOLIS ?ATHOURROHMAN S. Pd. I. Pendidikan Karakter Perspektif Musthafa al-Ghalayini dan Relevansinya Terhadap Pendidikan Islam. (Studi Analisis Kitab ?I{\d z}ah an-N{\=a}syi?{\=i}n) Tesis. Yogyakarta: Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, 2016. Penelitian tentang Pendidikan Karakter Perspektif Musthafa al-Ghalayini dan Relevansinya Terhadap Pendidikan Islam dilatar-belakangi oleh gagasannya bahwa pendidikan harus tanggap atas derasnya arus globalisasi yang banyak menggeser karakter dan nilai-nilai luhur budaya bangsa. Pendidikan harus mampu melahirkan generasi yang berkarakter, berprestasi dan berilmu untuk kemajuan bangsa dan negara. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Pendidikan Karakter Perspektif Musthafa al-Ghalayini dan Relevansinya Terhadap Pendidikan Islam. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research) yang bersifat kualitatif yang berusaha mendeskripsikan data-data yang diperoleh dari literatur- literatur yang berkaitan dengan pembahasan. Fokus penelitian ini adalah Pendidikan Karakter Perspektif Musthafa al -Ghalayini. Untuk mendapatkan data digunakan teknik pengumpulan data melalui studi pustaka dan dokumentasi. Keseluruhan data analisis dengan tahapan: 1. Mereduksi data, 2. Menyajikan data, dan 3. Menyimpulkan hasil penelitian. Penelitian ini menghasilkan temuan, yaitu: Pertama, konsep pendidikan karakter perspektif Musthafa al-Ghalayini bahwa pendidikan adalah proses atau upaya menanamkan akhlak yang mulia dalam jiwa murid serta menyiraminya dengan petunjuk dan nasehat, sehingga menjadi kecenderungan jiwa yang membuahkan keutamaan, kebaikan serta cinta bekerja yang berguna bagi tanah air. Dengan demikian, bahwa pendidikan dan penanaman karakter tidak dapat dipisahkan. Untuk mencapai karakter yang mulia, hanya dapat dilakukan melalui pendidikan. Kedua, nilai-nilai karakter yang terkandung dalam kitab ?I{\d z}ah an- N{\=a}syi?{\=i}n diantaranya : optimisme atau percaya diri, sabar, ikhlas, mempunyai harapan atau cita-cita, berani, mengutamakan kemaslahatan umum, jujur, dapat dipercaya, sederhana, dermawan, melaksanakan kewajiban, cinta tanah air, maksimal dalam pekerjaan, mempunyai kemauan kuat, tolong-menolong dan tawakkal. Ketiga, Relevansi terhadap pendidikan Islam bahwa tujuan utama pendidikan adalah untuk meningkatkan kualitas diri manusia sehingga menjadi pribadi yang bermanfaat untuk kemajuan bangsa dan negaranya. Hal ini tentunya harus didasari dengan karakter positif yang harus dimiliki oleh setiap pribadi manusia dan mampu memberikan teladan yang baik untuk generasi berikutnya karena manusia sebagai makhluk yang berakal, dituntut untuk memiliki karakter yang baik. Untuk itu manusia harus mengupayakan pembentukan dan pembinaan karakter agar dapat menghiasi dirinya dan menaikkan derajatnya. Dalam penanaman dan pembinaan karakter, para ulama memberikan ajaran yang sangat berharga, yang itu didasarkan pada ajaran al-Qur?an dan al- Hadis, yang secara garis besar menginginkan terbinanya karakter yang mulia bagi setiap muslim. Syeikh Musthafa al-Ghalayini melalui kitab ?I{\d z}ah an-N{\=a}syi?{\=i}n memberikan penekanan pada pembinaan akhlak/karakter dengan terbentuknya akhlak yang ix mulia seperti optimisme atau percaya diri, sabar, ikhlas, mempunyai harapan atau cita-cita, berani, mengutamakan kemaslahatan umum, jujur, dapat dipercaya, sederhana, dermawan, melaksanakan kewajiban, cinta tanah air, maksimal dalam pekerjaan, mempunyai kemauan kuat, tolong-menolong dan tawakkal. Di samping itu juga ditekankan pentingnya seseorang menghindarkan diri dari perilaku tercela yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain, seperti kemunafikan, putus asa, tertipu dengan perasaan sendiri , kemewahan, ambisi dan lain-lain.} }