%0 Thesis %9 Masters %A MAULINA NURIL IZZATI, NIM. 1420310054 %B PROGRM PASCASARJANA %D 2016 %F digilib:21870 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Hizbut Tahrir, Aktivisme Islam Surakarta, Perguruan Tinggi Islam %T ASPIRASI KEAGAMAAN AKTIVIS ISLAM MUDA HTI DI PERGURUAN TINGGI ISLAM SURAKARTA %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/21870/ %X Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kemunculan aktivisme Islam kaum muda pendukung daulah islamiyah di Surakarta yang diprakarsai oleh salah satu Dosen di Universitas Muhammadiyah Surakarta. Di tempat yang sama perkembangan gerakan transnasional sejenisnya, yakni HTI cukup baik dan diindikasi mendominasi Lembaga Dakwah Kampus di UMS. Tesis ini merupakan penelitian lapangan (field research) yang mengkaji Islam Politik dan mengambil fokus obyek penelitian di Pabelan, Surakarta. Sumber data primernya diperoleh dari mahasiswa di perguruan tinggi Islam Surakarta. Sedangkan data sekunder diperoleh dari wawancara pengurus Lembaga Dakwah Kampus di UMS dan IAIN, akademisi Universitas Muhammadiyah Surakarta, obrolan dengan pengurus HTI mahasiswa, observasi, media sosial, dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, teori yang digunakan adalah Sosial kognitif Albert Bandura dengan menggunakan pendekatan tindakan kolektif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebab perkembangan aktivisme di Surakarta adalah kombinasi dari faktor psikologi pemuda serta lingkungan di sekitarnya. Termasuk aspek lingkungan, Sosio-historis dimana sejarah pahit sejak masa keraton dan penjajahan, mampu menjadikan masyarakat lebih adaptif terhadap banyak golongan, Pergerakan pemuda dan penindasan politik. Di UMS dan IAIN sebagai representasi kaum Islam moderat, pembacaan perilaku dilihat dari tiga nilai, yaitu, fanatisme, eksklusifisme.dan etnosentrisme. Dari nilai tersebut terlihat pola penyebaran ideologi HT di UMS lebih tertutup dalam kampus karena menghargai dan menjunjung etika pergerakan. Dari nilai perilaku yang ditunjukkan serta ditunjang lingkungan dalam perguruan tinggi Islam Surakarta, memunculkan tindakan atau aksi diskursif. Aksi diskursif seperti halaqah, kajian umum, diskusi, audiensi serta seminar pelatihan kepemipina HTI masih pada tingkatan gerakan sosial bukan revolusi, sehingga pemerintah melakukan politik pembiaran. Motivasi HT membidik kalangan umat Islam yang muda untuk memperkuat organisasi dan memperbanyak anggota. Penyesuaian terhadap lingkungan dakwahpun dilakukan sebagai upaya pertahanan diri. Meski demikian upaya penegakan khilafah dirasa belum bisa dilakukan karena berbagai alasan, termasuk diantaranya harus berhadapan dengan golongan Islam sendiri, bahkan sesama gerakan yang juga mengusung penegakan khilafah seperti Khilafatul Muslimin. Hal tersebut dapat dilihat dari keseluruhan anggota HTI yang tak lebih dari 3000 orang selurh Indonesia. %Z Dr. Ahmad Yani Anshori, MA,