%0 Thesis %9 Masters %A ABD RAHMAN, SHI, NIM. 1420311038 %B PROGRAM PASCASARJANA %D 2016 %F digilib:21893 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Etika kekuasaan, mamlukah, maṣlahah. %P 210 %T KONSEP MAMLUKAH DAN KEHARUSAN MAṢLAHAH DALAM ETIKA KEKUASAAN RAJA ALI KELANA 1849-1927 %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/21893/ %X Konsep kekuasaan cukup ideal dalam tataran teoritis tetapi mengalami dilema dalam realitas, sehingga fenomena kekuasaan menjadi fokus penting dalam kajian politik. Idealitas dan realitas sering berbenturan sebab tidak lepas dari personalitas manusia. Sisi buruk dari realitas kekuasaaan itu ialah penyelewengan, seperti korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Di tengah fenomena seperti itu, etika penting sebagai pegangan moral dalam prilaku politik kekuasaan. Penulis tertarik melacak pemikiran etika kekuasaan dari cendekia Melayu, Raja Ali Kelana, guna menemukan pemikiran yang khas. Dengan demikian, fokus kajian ini ialah bagaimana pemikiran Raja Ali Kelana tentang etika kekuasaan dan bagaimana dalam konteks kekinian? Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori kekuasaan Abu Hassan al- Mawardi yang menyebutkan bahwa kekuasaan untuk menjaga agama dan mengurus hal keduniaan dan kuncinya ialah mencapai kemaslahatan manusia. Selain itu, digunakan juga teori etika Immanuel Kant, bahwa kewajiban sebagai hukum moral dasar. Kedua teori tersebut didukung dengan metode konten analisis dan pendekatan fenomenologi untuk mengungkap pemikiran Raja Ali Kelana secara konprehensif. Raja Ali Kelana mengibaratkan kekuasaan seperti anatomi tubuh manusia dengan fungsinya masing-masing. Faktor pelangkapnya adalah nyawa. Ia mengistilahkannya dengan mamlukah. Penguasa harus memeliki pedoman etik dalam menjalan kekuasaan dengan mengedepankan kemaslahatan. Penguasa yang tidak mengedepankan maslahah, akan menimbulkan kezaliman yang menyengsaran negeri. Karena itu, kezaliman penguasa akan mencederai angota mamlakah (negara). Maka kekuasaan yang diidealkan Raja Ali Kelana ialah mamlakah al-maṣlahah, bukan mamlakah al-maẓlumah. Konsep mamlukah sebagaimana perspektif Raja Ali Kelana merupakan konsep naturalistik normatif yang berkembang abad Pertengahan. Sedangkan dalam perspektif Kantian, etika kekuasaan yang demikian itu termasuk dalam imperatif kategoris, yakni kesadaran moral yang muncul sesuai fungsi dasar dalam strukur kekuasaan. Sedangkan fenomena kekuasaan kontemporer bersifat mekanistik rasional, di mana struktur kekuasaan bertindak berdasarkan kewenangan yang telah diatur sehingga aparatur tidak bisa karena kesadaran moralnya, melainkan sebagai pemenuhan tuntutan pekerjaan. Dengan demikian, etika kekuasaan Raja Ali Kelana tidak lagi relevan terhadap kekuasaan kontemporer. Namun, nilai-nilai normatif dalam pemikirannya bisa menyumbang kekosongan dalam sistem kekuasaan mekanistik rasional. %Z Dr. Munawar Ahmad, M.Si.,