%0 Thesis %9 Masters %A Hilmy Pratomo, NIM. 1420510027 %B Pascasarjana %D 2016 %F digilib:22745 %I UIN Sunan Kalijaga %K NU, Bahtsul Masail %P 204 %T DINAMIKA PEMAHAMAN NU TERHADAP AL-QUR’AN (Studi Keputusan Bahtsul Masail NU 1926-2015) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/22745/ %X Nahdlatul Ulama (NU) merupakan organisasi keagamaan dan kemasyarakatan terbesar di Indonesia. Sebagai organisasi keagamaan, NU memiliki lembaga fatwa berupa bahtsul masail yang berfungsi merespon berbagai persoalan sosial-keagamaan yang berkembang. Dalam merespon persoalan ini, NU memiliki dinamika yang unik dalam berinteraksi dengan Al-Qur’an sebagai pedoman utama umat Islam. Untuk itu, penelitian ini akan berpijak pada obyek material berupa ayat Al-Qur’an yang dijadikan landasan bahtsul masail NU dalam merespon berbagai persoalan sosial-keagamaan tersebut. Adapun rumusan masalah yang dikaji meliputi tiga hal: Pertama, bagaimana kedudukan Al-Qur’an dalam bahtsul masail NU 1926-2015. Kedua, bagaimana metode dan pendekatan bahtsul masail NU 1926-2015 dalam memahami Al-Qur’an. Ketiga, bagaimana transformasi pemahaman Al-Qur’an dalam bahtsul masail NU 1926-2015. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah analisa isi (content analysis). Selanjutnya, penyusun menggunakan beberapa pendekatan: Pertama, tematik, yaitu mengkaji suatu masalah dalam bidang ilmu pengetahuan dengan cara mengelompokkannya ke dalam tema-tema yang dibahas di dalamnya. Kedua, pendekatan hermeneutik yang bermakna sebagai sistem penafsiran. Ketiga, pendekatan sosio-historis dengan tujuan untuk melihat transformasi pemahaman Al-Qur’an dalam bahtsul masail NU dari tahun 1926 hingga tahun 2015. Hasil penelitian ini adalah: Pertama, secara formal NU memandang kedudukan Al-Qur’an berada di atas teks keagamaan apapun. Hasilnya, dari Muktamar I tahun 1926 sampai Muktamar XXXIII tahun 2015 terdapat 536 persoalan, di mana 89 persoalan dijawab dengan keterangan Al-Qur’an. Kedua, dari segi metode menunjukkan bahwa metode pemahaman Al-Qur’an dalam NU adalah metode bi al-ma’sur dan bi ar-ra’yi. Dengan catatan secara keseluruhan metode bi al-ma’sur lebih mendominasi (53:36). Metode bi al-ma’sur dalam NU ditempuh dengan memahami Al-Qur’an berdasarkan ayat Al-Qur’an yang lain (jumlahnya sangat sedikit), kemudian menggunakan petunjuk dari hadis Nabi dan beberapa kitab fikih. Terkait metode bi ar-ra’yi, ada dua pola yang ditemukan. (1) memahami Al-Qur’an bi ar-ra’yi melalui kitab tafsir ataupun kitab-kitab fikih. (2) memahami Al-Qur’an bi ar-ra’yi dengan menggunakan pemahaman NU sendiri. Adapun dilihat dari segi pendekatan, perbandingan penggunaan pendekatan kontekstual dan pendekatan tekstual relatif seimbang. Dari 89 persoalan bahtsul masail yang merujuk pada Al-Qur’an, pendekatan kontekstual digunakan sebanyak 46 kali, sedangkan penggunaan pendekatan tekstual berjumlah 43 kali. Ketiga, ada dua transformasi penting pemahaman Al-Qur’an dalam NU. Pertama, periode 1926-1992 (qauli). Dilihat dari kuantitas rujukan kepada Al-Qur’an pada periode ini sangat rendah. Adapun dilihat dari segi pendekatan, antara tahun 1926-1992 didominasi oleh pendekatan tekstual. Berkaitan dengan metode, pada periode ini metode bi ar-ra’yi lebih mendominasi. Berikutnya periode 1992-2015 (manhaji). Dilihat dari segi kuantitas penggunaan Al-Qur’an, periode ini mengalami peningkatan yang signifikan dibanding periode sebelumnya. Adapun ditinjau dari pendekatan, pendekatan kontekstual lebih mendominasi dibandingkan dengan pendekatan tekstual. Sementara itu, penggunaan metode bi al-ma’sur lebih mendominasi. %Z Ahmad Rafiq, M.A., Ph.D.