%0 Thesis %9 Masters %A MUMTAZ IBNU YASA, NIM. 1220510037 %B PASCA SARJANA UIN SUNAN KALIJAGA %D 2016 %F digilib:22817 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K nilai budaya dalam al-qur’an, tafsir tematik %P 142 %T NILAI BUDAYA DALAM AL-QUR’AN (TAFSIR TEMATIK) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/22817/ %X Nilai budaya adalah prinsip-prinsip yang sudah tertanam pada diri seseorang maupun kelompok yang dijadikan pedoman hidup. Ia menjadi pegangan yang bersifat ideologis di dalam menjalani kehidupan di muka bumi ini. Al-Qur’an sebagai kitab hidayah dan pembentuk kebudayaan mendapat tempatnya di sini. Ia menjadi sumber inspirasi bagi umat Islam. Sayangnya, umat Islam belum menjadikan al-Qur’an sebagai hidayah di muka bumi ini dan belum merumuskan satu pandangan tentang al-Qur’an sebagai pembentuk budaya berkemajuan. Masalahnya adalah bagaimana nilai budaya dalam al-Qur’an. Ada tiga hal yang akan dijawab di dalam penelitian ini. Pertama, bagaimana pandangan al-Qur’an tentang hidup. Kedua, bagaimana pandangan al-Qur’an tentang kerja. Ketiga, bagaimana pandangan al-Qur’an tentang waktu. Penelitian pustaka ini bersifat deskriptif-analitis-interpretatif dengan lima masalah utama nilai budaya yang dirumuskan oleh Clyde Kluckhohn sebagai kerangka teoritiknya. Sumber primer penelitian ini adalah beberapa ayat al-Qur’an yang setema dengan pertanyaan penelitian ini. Sedangkan sumber sekundernya adalah kitab-kitab tafsir baik yang klasik maupun yang modern dan buku-buku yang terkait dengan tema penelitian. Langkah-langkah yang ditempuh adalah; pertama, menentukan tema penelitian; kedua, menentukan ayat-ayat yang setema dengan melihat kata dasar dan makna ayat secara umum; ketiga, membaca sumber sekunder berupa kitab tafsir dan buku yang terkait; dan keempat, merumuskan pandangan al-Qur’an. Penelitian ini menyimpulkan: (1) Di dalam al-Qur’an ada tiga pandangan tentang hidup, yakni pandangan monolistik, pandangan pragmatis, dan pandangan progressif. Umat Islam idealnya menjadikan pandangan progressif sebagai nilai budaya. Pandangan progressif menganggap kehidupan di dunia ini sebagai tempat untuk berbuat kebaikan untuk bekal di akhirat. Dari sisi antropologis, sikap ini akan membuat seseorang optimis di dalam menjalani hidup. (2) Untuk masalah kerja, ada dua pandangan al-Qur’an, yakni kerja pragmatis dan kerja progressif. Al-Qur’an menghendaki kerja progressif di mana kerja adalah ibadah dan karena harus dikerjakan sebaik mungkin. Sikap ini sudah barang tentu akan berdampak pada kualitas kerja yang maksimal. (3) Al-Qur’an menggambarkan ada tiga sikap manusia terhadap waktu, yakni yang berorientasi ke masa lalu (past oriented), berorientasi ke masa sekarang (present oriented), dan berorientasi ke masa yang akan datang (future oriented). Al-Qur’an secara tegas menolak dua pandangan pertama. Al-Qur’an mengajarkan kepada manusia agar memiliki pandangan ke masa depan (future oriented) dengan mempertimbangkan dua pandangan pertama. Budaya yang berorientasi ke masa depan cenderung kreatif, inovatif %Z Dr. Hamim Ilyas, M.A