eprintid: 22908 rev_number: 10 eprint_status: archive userid: 77 dir: disk0/00/02/29/08 datestamp: 2016-12-15 02:10:57 lastmod: 2016-12-15 02:10:57 status_changed: 2016-12-15 02:10:57 type: thesis metadata_visibility: show creators_name: NUR EDI PRABHA SUSILA YAHYA, NIM. 1220510036 title: SEXUAL ABUSE DALAM AL-QUR’AN (ANALISIS SEMIOTIK TERHADAP QS. YUSUF AYAT 22-25) ispublished: pub subjects: AgFil divisions: pps_agamfil full_text_status: restricted keywords: sexual abuse, analisis semiotic, S. Yusuf ayat 22-25 note: Dr. H. Abdul Mustaqim, M.Ag abstract: Al-Qur'an menggunakan bahasa sebagai media merupakan ladang subur bagi kajian semiotika. Oleh karena itu, semiotika al-Qur'an dapat menjadi cabang bidang penerapan semiotika, karena di dalamnya terdapat tanda-tanda yang memiliki arti. Semiotika al-Qur'an dapat didefinisikan sebagai cabang ilmu semiotika yang mengkaji tanda-tanda dalam al-Qur'an, di antaranya: kalimat, kata atau huruf, dan totalitas struktur di dalamnya. Hal ini menunjukkan seluruh wujud al-Qur'an adalah serangkaian tanda-tanda yang memiliki arti. Penelitian ini dibatasi pada analisis hubungan tanda-tanda dalam kisah Nabi Yusuf, serta bagaimana tanda-tanda tersebut memunculkan makna baru. Penerapan dan pembacaan atas karya satra dengan menggunakan semiotika, harus melalui dua buah tahapan, yakni pembacaaan heuristik dan pembacaan hermeneutik atau retroaktif. Pembacaan heuristik merupakan sebuah pembacaan yang berdasarkan struktur kebahasaan atau berdasarkan konvensi sistem semiotik tingkat pertama. Adapun pembacaan hermeneutik atau retroaktif maksudnya adalah sebuah pembacaan ulang terhadap karya sastra berdasarkan konvensi sastra atau sistem semiotik tingkat kedua. Dua tahapan pembacaan di atas menghasilkan tingkatan makna yang berbeda. Ungkapan wa rawadathu huwa fi baitiha ‘an nafsihi, wa gallaqat alabwa b wa qalat haita lak merupakan tanda yang mengeskpresikan dorongan birahi seksual yang sangat tinggi dari dalam diri Imra’ah al-Aziz terhadap Yusuf. pembacaan reotroaktif justru menampakan ada hal tersembunyi didalam upaya Zalikha menundukkan Yusuf, yang sebenarnya bukanlah soal birahi seksual semata akan tetapi juga adanya penyalahgunaan kekuasaan atau otoritas. Zalikha seolah baru merasa puas dan “berarti” ketika ia bisa dan berhasil merendahkan atau menundukkan Yusuf secara seksual. Ada dinamika sangat khas dan jelas sekali dalam ayat ini, bahwa di sini Zalikha-lah yang mempunyai posisi lebih kuat (secara sosial) daripada Yusuf. Inilah makna dari tanda rawadathu an nafsihi. Adapun ghallaqat al-abwab (menutup pintu-pintu) bermakna istri Potifar sangat birahi terhadap Yusuf, sehingga mendorongnya untuk berzina dengan dan supaya aibnya tidak diketahui orang, semua pun ditutup rapat-rapat. Ungkapan haita lak sebagai sebuah emotional tone yakni sebagai nada emosi yang merujuk kepada berbagai perasaan yang dirasakan Zalikha baik dalam penetapan keputusannya merayu dan menggoda Yusuf maupun dalam upaya mengimplementsikan keputusan tersebut. Pembacaan semiotik tidak hanya menganalisis tanda-tanda dan mencari tingkatan makna yang ada. Akan tetapi dengan kajian semiotika komunikasi, tanda-tanda tersebut juga merupakan sebuah media untuk berkomunikasi, sehingga pada akhirnya memunculkan pesan-pesan yang tersembunyi di dalamnya. Pesan-pesan tersebut adalah kesabaran, etika, dakwah dan sexul abuse. Pesan-pesan inilah yang disampaikan melalui media kisah dalam QS.Yusuf ayat 22-25. date: 2016-08-02 date_type: published pages: 144 institution: UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA department: PASCA SARJANA UIN SUNAN KALIJAGA thesis_type: masters thesis_name: other citation: NUR EDI PRABHA SUSILA YAHYA, NIM. 1220510036 (2016) SEXUAL ABUSE DALAM AL-QUR’AN (ANALISIS SEMIOTIK TERHADAP QS. YUSUF AYAT 22-25). Masters thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA. document_url: https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/22908/1/1220510036_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf document_url: https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/22908/2/1220510036_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf