@article{digilib23751, volume = {Vol.10}, number = {No. 2}, month = {December}, author = {. Supardi}, title = {PENERJEMAHAN KATA BAHASA ARAB DALAM BAHASA INDONESIA}, publisher = {Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga}, year = {2011}, journal = {ADABIYYAT}, pages = {340--363}, keywords = {bahasa Arab, bahasa Indonesia.}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/23751/}, abstract = {This article examines the translation of Arabic tenses expression into Indonesian. This library research employs a descriptive analysis method based on Catford?s theoretical translation framework. This study finds that, firstly, from the extension of translation perspective, the tense expression in Arabic can be translated fully into Indonesian, in which all of the Arabic tense expression has the Indonesian equivalence. Linguistically speaking, in certain cases the translation of Arabic verbs both m{\=a}d?{\=i} (perfect) and mud?{\=a}ri? (imperfect) has to be added with an Indonesian temporal adverb. The auxiliary verb k{\=a}na, which usually combined with mud?{\=a}ri? verb in Arabic past tense is translated into Indonesian adverb of time: ?dulu?, ?dahulu?, or ?tadi?. Secondly, the expression of Arabic future tense, which constitutes mud?{\=a}ri? verb, prefix ?sa\_? or particle ?saufa,? is also translated into ?akan?. The m{\=a}d?{\=i} (perfect) verb, which is used in the context of wishing, is translated into Indonesian equivalence verb - ?semoga?. Thirdly, In translating Arabic into Indonesian, context (siy{\=a}q) comes into play, not all Arabic verbs denotes definite tense in a sentence. Artikel ini bertujuan untuk meneliti penerjemahan pengungkapan kala dalam Bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia. Penelitian pustaka ini menggunakan metode kajian berdasarkan teori terjemah Catford. Artikel ini menemukan bahwa, pertama, dari segi ekstensi, pengungkapan kala bA dapat diterjemahkan secara penuh, di mana setiap alat pengungkap kala bA, yaitu verba m{\=a}dh{\=i} dan mud\}{\=a}ri?, adverbia temporal, verba bantu k{\=a}na, dapat ditemukan padanannya dalam bI, sedangkan dari segi tataran linguistik, maka pengungkap kala bA yang berupaverba m{\=a}dhi dan verba mudh{\=a}ri? diterjemahkan secara terikat dengan verba bI, begitu pula untuk adverbia temporal, sedangkan untuk verba bantu k{\=a}na diterjemahkan secara bebas dengan ?dulu?, ?dahulu?, ?tadi?, atau tidak diterjemahkan sama sekali berdasarkan konteks kalimatnya. Kedua, secara umum pengungkapan kala dalam bahasa Arab dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia tetapi pada konteks-konteks tertentu perlu ditambahkan leksem-leksem waktu yang sesuai karena dalam bI tidak terdapat pengungkapan kala dalam verbanya. Ketiga, dalam penerjemahan kala bA ke dalam bI hendaknya lebih memperhatikan konteks (siy{\=a}q) dari pada bentuk kata kerjanya, karena setiap bentuk verba bA tertentu, tidak selamanya menunjukkan kala tertentu di dalam konteks kalimat. Kata kunci: kala; bahasa Arab; bahasa Indonesia.} }