@mastersthesis{digilib23839, month = {July}, title = {PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM NON-DIKOTOMIK PERSPEKTIF HARUN NASUTION}, school = {UIN Sunan Kalijaga}, author = {NIM: 1420411094 Mukhamad Afiffudin}, year = {2016}, note = {Prof. Dr. H. Siswanto Masruri, MA}, keywords = {Pendidikan Islam, Non-dikotomik, Harun Nasution}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/23839/}, abstract = {Mukhamad Afiffudin, Paradigma Pendidikan Islam Non-dikotomik Perspektif Harun Nasution, Tesis, Yogyakarta: Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016. Latar belakang penulis dalam melakukan penelitian ini yaitu, pertama, masih adanya dikotomi pendidikan Islam, kedua, umat Islam masih mengalami ketertinggalan ilmu pengetahuan dan semakin maraknya masalah korupsi, kekerasan dan kenakalan remaja, ketiga, Harun Nasution sebagai tokoh pembaharu dalam pendidikan Islam yang kontroversial, khususnya dalam lembaga IAIN. Dari latar belakang tersebut penulis mencoba untuk mendalami pendidikan Islam yang non-dikotomik melalui pemikiran Harun Nasution, sebagai salah satu tokoh yang mampu merubah paradigma IAIN yang tradisional menjadi lembaga pendidikan Islam yang lebih integratif. Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, dengan menggunakan pengumpulan data dokumentasi atau studi pustaka. Data primer dan data sekunder dijadikan sebagai dokumen, sedangkan data primer tersebut meliputi karya-karya Harun Nasution antara lain Islam Rasional dan Islam Ditinjau dari berbagai Aspeknya. Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan historis-filosofis, dengan menggunakan analisis data Miles dan Huberman. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, penulis menyimpulkan bahwa, pendidikan non-dikotomik Harun Nasution yaitu pendidikan yang bersumber pada agama dan ilmu pengetahuan, sumber agama adalah wahyu dan sumber ilmu pengetahuan adalah ?sunnatullah? yaitu hukum alam ciptaan Allah. Wahyu dan ilmu pengetahuan berasal dari sumber yang sama yaitu Allah, antara wahyu dan ilmu pengetahuan tidak bisa dikatakan bertentangan atau dikotomik, keduanya adalah non-dikotomik. Harun Nasution memberi porsi yang sama antara pendidikan agama dan pendidikan sains. Keduanya sangat diperlukan bagi manusia untuk memperoleh kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di akhirat. Sedangkan kurikulum pendidikan Islam non-dikotomik perspektif Harun Nasution meliputi materi pendidikan agama dan materi pendidikan sains. Materi pendidikan non-dikotomik perspektif Harun Nasution memasukkan materi pelajaran pengetahuan sains dan materi pelajaran agama, dengan tanpa meninggalkan nilai-nilai moral yang terkandung didalamnya. Ketertinggalan umat Islam dan serangan dari luar Islam menjadikan pendidikan Islam non-dikotomik sangat perlu dimasukkan dalam kurikulum pendidikan Nasional, mengingat pendidikan Nasional bertujuan untuk membangun rakyat Indonesia lahir dan batin. Tidak hanya ilmu pengetahuan saja tetapi juga pelajaran agama untuk mendidik jiwa dan raga rakyat Indonesia. Maka sangat relevan pendidikan non-dikotomik Harun Nasution dipakai dalam menjaga dan membentengi moral peserta didik. Selain itu pendidikan non-dikotomik juga dapat digunakan untuk mengejar ketertinggalan umat Islam dalam berbagai hal seperti bidang ekonomi, politik dan teknologi. Kata Kunci: Pendidikan Islam, Non-dikotomik, Harun Nasution} }