%0 Thesis %9 Skripsi %A Khoirul Imam, S.Th.I, NIM: 0920510039 %B PROGRAM PASCASARJANA %D 2015 %F digilib:24080 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Suluk linglung, Sunan Kalijaga %P 213 %T ASPEK MISTIK DALAM SULUK LINGLUNG SUNAN KALIJAGA (ANALISIS INTERTEKSTUAL %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/24080/ %X Sebagai salah satu tokoh kenamaan, Raden Sahid atau yang lebih dikenal dengan Sunan Kalijaga termasuk yang paling aktif menyiarkan agama Islam dengan mengajarkan berbagai kearifan lokal melalui beragam media. Salah satunya adalah mengembangkan kesusastraan lewat suluk, wirid, dan serat. Sunan Kalijaga beserta karyanya, tentu tidak bisa lepas dari bayang-bayang sang guru; Sunan Bonang. Tidak hanya itu, tak sedikit dari karya-karya para wali satu sama lain saling mewarnai dan tampak adanya keterpengaruhan. Jika hal ini dirunut sampai akarnya, karya-karya mereka pun identik dengan wacana Islam khas para sufi Timur, dan semua itu tidak lepas dari ajaran Nabi Saw. Dalam kajian ini, penulis hendak melihat aspek mistikisme sekaligus kesalingterkaitan dan keterpengaruhan karya yang diyakini milik Sunan Kalijaga, yaitu Suluk Linglung, dengan karya-karya para ulama sezaman, sebelum, dan sesudahnya. Karya ini adalah gubahan Iman Anom yang didasarkan dari Kitab Duryat karya Sunan Kalijaga. Suluk ini merupakan pembabaran perjalanan spiritual Sang Sunan yang disampaikan secara khusus kepada para muridnya. Sementara penyampaian suluk ini dalam dakwahnya secara terbuka untuk masyarakat luas tertuang dalam Serat Dewa Ruci. Dewa Ruci dalam lakon tersebut tidak lain adalah Nabi Khidhir, yang kelak akan mereka jumpai dalam perjalanan ruhani kepada Allah Swt. Penulis menemukan ada tujuh aspek mistikisme yang mewarnai karya ini. Ketujuh aspek tersebut yaitu: 1) Ilmu sejati; 2) Konsep “Ngluwat” dalam suluk; 3) Haji makrifat; 4) Empat tingkatan nafsu; 5) Konsep nur Muhammad dan penciptaan makhluk; 6) Shalat jasmani dan shalat ruhani; 7) Makna kematian. Dari ketujuh aspek mistis tersebut, masing-masing memiliki ikatan intertekstualitas dengan karya-karya sezaman, sebelum, dan sesudahnya, seperti Suluk Wujil dan Kitab Primbon Sunan Bonang; Suluk Sujinah; konsep martabat tujuh Abdul Karim al-Jili; Ih}ya>’ dan risalah-risalah Imam al-Ghazali; Sirr al-Asra>r Syekh Abdul Qadir al-Jilani; ‘Awa>rif al-Ma’a>rif karya As-Suhrawardi; at-Tuh}fah al-Murasalah ila> an-Nabiy Saw. karya Muhammad Ibn Fadhlillah; Daqa>iq al- Akhba>r karya Syekh Abdurrahman bin Ahmad al-Qadhi, dan lain sebagainya. Mengamati detail interteks dalam kajian ini, setidaknya karya-karya Islam Nusantara, terutama karya Sunan Kalijaga memiliki landasan kuat dengan tradisi dan budaya Islam yang dibawa Nabi Muhammad Saw., yang kemudian dibabarkan dengan bahasa kaumnya melalui ijtihad para wali untuk dapat diambil %Z Prof. Dr. H. Fauzan Naif, M.A.