@phdthesis{digilib24908, month = {January}, title = {IMPLEMENTASI AL-AMRU BI AL-MA?R{\=U}F WA AN-NAHYU ?AN AL-MUNKAR DI PP. KASEPUHAN QASHRUL ?ARIFIN ATAS ANGIN CIAMIS (Studi Living Qur?an)}, school = {UIN Sunan Kalijaga}, author = {NIM. 12530128 MARSITOH}, year = {2017}, note = {Prof. Dr. H. Fauzan Naif, M.A.}, keywords = {al amru}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/24908/}, abstract = {Penulisan ini membahas al-amru bi al-ma?r{\=u}f wa an-nahyu ?an al munkar, tepatnya mengenai implementasi al-amru bi al-ma?r{\=u}f wa an-nahyu ?an al munkar di PP.Kasepuhan Qashrul Arifin Atas Angin yang terletak di Dusun Sarok Landeuh, Desa Darmacaang, Kec, Cikoneng, Kab. Ciamis-Jawa Barat, yang merupakan salah satu pondok pesantren yang menganut aliran {\d T}ar{\=i}qah Naqsyabandiyah Khalidiyyah, di bawah pimpinan seorang mursyid, yaitu Syaikh Irfa?i Nachrawi An-Naqsyabandi yang sambung pada ahl {\d s}il{\d s}ilah {\d T}ar{\=i}qah Naqsyabandiyah Syaikh Baha?uddin An-Naqsyabandi, seorang pendiri Tarekat Naqsyabandiyah, seorang pemuka tasawuf terkenal, yang dilahirkan pada tahun 717 H di sebuah desa bernama Qashrul ?Arifan, kurang lebih 4 mil dari Bukhara, Sovyet, Rusia, tempat lahir Imam Bukhari. Syaikh Baha?uddin ini mengambil {\d T}ar{\=i}qah dari Syaikh Muhammad Baba As-Samasi, kemudian dari Sayid Amir Kulal. Dalam penulisan ini, penulis menggunakan metode kualitatif. Beberapa teknik pengumpulan data yang penulis lakukan adalah observasi partisipan maupun non-partisipan, wawancara, serta dokumentasi. Sedangkan analisis data yang digunakan adalah deskriptifanalitik, , yaitu penulisan yang difokuskan untuk pemecahan masalah-masalah dengan menggambarkan keadaan subjek atau objek penulisan berdasarkan data atau fakta yang terlihat sebagaimana adanya. Hasil penulisan menunjukkan bahwa Abah Irfa?i sebagai mursyid PP. Kasepuhan Qashrul ?Arif{\=i}n Atas Angin yang menganut aliran {\d T}arekat Naqsyabandiyah Khalidiyah inipun mempunyai cara yang berbeda dalam mengajarkan serta mengamalkan al-amru bi al-ma?r{\=u}f wa an-nahyu ?an al munkar yang merupakan perintah Allah SWT yang tercantum dalam Al-Qur?an. konsep al-amru bi al-ma?r{\=u}f yang lahir di PP.Kasepuhan Qashrul Arifin Atas Angin adalah suatu perintah yang membuat orang lain senang dalam melakukan hal kebaikan, bukan dengan kekerasan atau paksaan, melainkan datang dari hati sendiri sehingga tercipta hati nurani. Sedangkan an-nahyu ?an al-munkar adalah mencegah dari hawa nafsu. Adapun metode yang digunakan ada empat yaitu, Riy{\=a}{\d d}ah (yaitu latihan meninggalkan pekerti yang buruk) dan Muj{\=a}hadah (yaitu latihan membiasakan pekerti yang baik), Pasulukan (yaitu menempuh jalan spiritual), {\d S}u{\d h}bah (yaitu menghadap Guru dan selalu merasa bersama Guru), dan Khidmah (yaitu bakti atau pengabdian kepada Guru). Adapun implementasi al-amru bi al-ma?r{\=u}f wa an-nahyu ?an al-munkar di PP.Kasepuhan Qashrul ?Arif{\=i}n berdasarkan teori Peter Berger yang meliputi internalisasi, eksternalisasi, dan obyektif{\=i}kasi. Apabila makna internalisasi dikaitkan dengan impelementasi al-amru bi al-ma?r{\=u}f wa an-nahyu ?an al-munkar di PP. Kasepuhan Qashrul ?Arif{\=i}n Atas Angin yakni al-amru bi al-ma?r{\=u}f berarti memerintah dengan bijaksana, memerintah yang dimulai dari diri sendiri, dengan kata lain membangun suatu pemerintahan yang bijaksana. Perintah ini ditujukan bukan untuk orang lain, tetapi untuk diri sendiri. Sehingga diri ini merasa diperintahkan oleh Allah untuk berbuat kebaikan. Sedangkan an-nahyu ?an al-munkar adalah mencegah dari hawa nafsu. Nafsu hanya mengajak kepada kemungkaran. Jika al-amru bi alma?r{\=u}f wa an-nahyu ?an al-munkar sudah terbangun dalam diri seorang murid dan sudah menjadi watak baginya, maka hatinya sudah otomatis tergerak untuk melakukan kebaikan sehingga murid tersebut peka serta peduli pada hal-hal kecil yang ada di sekitarnya. Kemudian eksternalisasi, al-amru bi al-ma?r{\=u}f wa an-nahyu ?an al-munkar yang sudah menjadi watak seorang murid Naqsyabandi, akan berpengaruh pada praktek hidupnya sehari-hari. Sehingga bagi seorang murid tersebut akan mudah melaksanakan al-amru bi al-ma?r{\=u}f wa an-nahyu ?an al-munkar pada orang lain dengan cara menarik simpati, yakni dengan memberikan contoh, dan bukan sekedar memerintah atau mengajak saja. Dari setiap jamaah tersebut tentunya mempunyai pemaknaan dan pemahaman berbeda mengenai ajaran Thariqah tersebut, khususnya dalam hal al-amru bi al-ma?r{\=u}f wa an-nahyu ?an al-munkar. Sehingga melahirkan suatu karakter yang berbeda namun tetap satu maksud dan tujuan dan dengan ini, terlahir makna obyektif{\=i}kasi. Menurut murid Tarekat Naqsyabandi di PP. Kasepuhan Qashrul ?Arif{\=i}n Atas Angin serta masyarakat sekitar PP. Kasepuhan Qashrul ?Arif{\=i}n Atas Angin, al-amru bi alma?r{\=u}f wa an-nahyu ?an al-munkar yang diajarkan oleh Abah adalah berbuat baik yang dimulai dari diri sendiri, tidak ada paksaan dalam hal tersebut dan cara pertama dalam menerapkannya adalah mendekati (mengambil simpatik) orang yang mau diajak terlebih dahulu.} }