eprintid: 25018 rev_number: 10 eprint_status: archive userid: 6 dir: disk0/00/02/50/18 datestamp: 2017-04-11 02:30:20 lastmod: 2017-04-11 02:30:20 status_changed: 2017-04-11 02:30:20 type: thesis metadata_visibility: show creators_name: MUHAMMAD FAJRI, NIM. 13530025 title: KONSEP NĀSIKH-MANSŪKH MENURUT NAṢR ḤĀMID ABŪ ZAYD ispublished: pub subjects: iath divisions: jur_ial full_text_status: restricted keywords: NASIKH-MANSUKH, NASR HAMID ABU ZAYD note: Dr. Ahmad Baidowi, M.Si. abstract: Dalam studi al-Qur’an, salah satu teori dasar yang populer di kalangan para ulama adalah teori naskh (abrogation theory). Sedemikian populer teori tersebut, hampir semua kitab ‘ulūm al- Qur’ān, baik klasik maupun modern-kontemporer selalu menyebutkan bab nāsikh-mansūkh. Namun, keberadaan teori naskh masih menyisakan polemik dalam studi al-Qur’an. Para ulama berbeda pendapat dalam menyoalkan eksistensi naskh. Salah satu faktor penyebab munculnya kontroversi, tidak lepas dari konsep yang sudah dibangun oleh ulama klasik yang umumnya mendefinisikan naskh dengan makna penghapusan atau pembatalan ayat-ayat al-Qur’an. Dalam menyikapi perdebatan tersebut, muncul beberapa ulama kontemporer yang mencoba melakukan rekonstruksi terhadap konsep nāsikh-mansūkh klasik, yang masih kurang mencerminkan universalitas al-Qur’an. Salah satunya adalah Naṣr Ḥāmid Abū Zayd. Untuk itu, dalam penelitian ini penulis mengkaji bagaimana konsep nāsikh-mansūkh yang direkonstruksi oleh Naṣr Ḥāmid, sejalan dengan dasar pemikiran beliau yang memposisikan al-Qur’an sebagai teks manusiawi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitis dengan pendekatan studi tokoh. Dengan metode tersebut, terlebih dahulu penulis memaparkan teori naskh secara umum, mulai dari defenisi, macam-macam naskh, serta kontroversi di kalangan para ulama mengenai eksistensi naskh dalam al-Qur’an. Selanjutnya, memaparkan bagaimana rekonstruksi konsep nāsikh-mansūkh yang dilakukan oleh Naṣr Ḥāmid. Adapun analisis studi tokoh digunakan untuk mengungkap bagaimana biografi dan pemikiran al-Qur’an dari Naṣr Ḥāmid itu sendiri. Hal tersebut penting dilakukan, untuk mengetahui metodologi pemikiran al-Qur’an Naṣr Ḥāmid yang sedikit banyaknya dapat mempengaruhi beliau dalam merekonstruksi konsep nāsikh-mansūkh klasik. Dengan menggunakan metode dan pendekatan tersebut, dapat diketahui bahwa yang menjadi titik tekan dari rekonstruksi konsep nāsikh-mansūkh Naṣr Ḥāmid, terletak pada masalah siyāq (konteks). Menurutnya, dalam memahami konsep nāsikh-mansūkh harus melihat bagaimana siyāq (konteks) dari masing-masing ayat, baik itu yang me-naskh maupun yang di-naskh. Karena, setiap ayat al-Qur’an memiliki konteksnya sendiri sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan masyarakat ketika ia diturunkan. Dengan itu, naskh menurut Naṣr Ḥāmid adalah penggantian suatu teks ayat dengan teks ayat yang lain, disebabkan karena adanya kebutuhan situasi yang menyebabkan ayat yang diganti, ditangguhkan dulu sampai adanya situasi yang sesuai. Makna naskh seperti ini mengindikasikan bahwa tidak ada ayat al-Qur’an yang dihapus atau dibatalkan. Sehingga, dengan adanya penggantian hukum pada teks ayat al-Qur’an bertujuan untuk memberikan kemudahan bagi umat Islam dalam mengaplikasikan al-Qur’an, yang sejalan dengan prinsip universal al-Qur’an sebagai ṣālih li kulli zamān wa makān. date: 2017-02-22 date_type: published institution: UIN Sunan Kalijaga department: Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam thesis_type: skripsi thesis_name: other citation: MUHAMMAD FAJRI, NIM. 13530025 (2017) KONSEP NĀSIKH-MANSŪKH MENURUT NAṢR ḤĀMID ABŪ ZAYD. Skripsi thesis, UIN Sunan Kalijaga. document_url: https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/25018/1/13530025_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf document_url: https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/25018/2/13530025_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf