@phdthesis{digilib25061, month = {January}, title = {BERBAKTI KEPADA ORANGTUA DALAM UNGKAPAN AL-QUR?AN (Pendekatan Teori Anti Sinonimitas)}, school = {UIN Sunan Kalijaga}, author = {NIM. 13531177 MAULIDA ADAWIYAH}, year = {2017}, note = {Dr. H. Abdul Mustaqim, S.Ag., M.Ag.}, keywords = {BERBAKTI, ORANG TUA, AL-QUR?AN}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/25061/}, abstract = {Mayoritas masyarakat menganggap bahwa berbakti kepada orangtua dapat diwakilkan dengan kata birr al-w{\=a}lidain. Padahal di dalam al-Qur?{\=a}n berbakti kepada orangtua tidak hanya ditunjukkan dengan kata birr, melainkan juga dengan kata ihs{\=a}n dan ma?r{\=u}f. Kata birr, ihs{\=a}n, dan ma?r{\=u}f di dalam kamus bahasa Arab bermakna perbuatan yang bersifat baik. Jadi, jika dilihat secara umum maka ketiga kata tersebut memiliki makna yang sinonim. Akan tetapi, jika diteliti lebih dalam maka dapat dilihat bahwa ketiga kosa kata tersebut memiliki makna yang berbeda. Pendapat ini dikuatkan oleh sebagian ulama ?Arab, menurut mereka tidak ada kata yang benar-benar mur{\=a}dif, masing-masing kosa kata memiliki aksentuasi makna yang berbeda. Karena, Allah begitu teliti dalam mengungkapkan redaksi kosa kata untuk menyingkap pesan yang terkandung di dalam setiap ayat. Oleh karena itu, penulis menggunakan teori l{\=a} tar{\=a}duf (anti sinonimitas) untuk memecahkan perbedaan ketiga kosa kata tersebut. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan linguistik. Data-data yang ada dideskripsikan dengan mengikuti model penafsiran tematik yang dikenalkan oleh Bint al-Sy{\=a}{\d t}i?. Dalam analisis linguistik, penulis menggunakan teori l{\=a} tar{\=a}duf (anti sinonimitas). Untuk itu, penulis menggali secara mendalam kosa kata birr, i{\d h}s{\=a}n, dan ma?r{\=u}f yang dikaitkan dengan lafadz w{\=a}lidain, w{\=a}lidaihi, w{\=a}lidati untuk mengetahui perbedaan dari ketiga kosa kata tersebut. Dengan menggunakan metode dan pendekatan tersebut, penulis menemukan bahwa kosa kata birr, i{\d h}s{\=a}n, dan ma?r{\=u}f memiliki makna yang berbeda. Adapun makna dari lafadz birr adalah kebaikan yang menggambarkan tawassu? (luas) yang mencakup unsur ketaqwaan, keimanan, dan sosial atau perbuatan yang sangat istimewa baiknya. Sedangkan lafadz i{\d h}s{\=a}n adalah perbuatan baik yang sesuai dengan akal, keinginan dan panca indra. I{\d h}s{\=a}n adalah perbuatan yang sangat baik, karena perbuatan tersebut ditunjukkan oleh semua mahluk sosial. Sedangkan kata ma?r{\=u}f adalah perbuatan baik menurut syara? (wahyu) dan kebaikan yang dinilai patut dalam masyarakat (lokal kultural). Dari pemaparan ketiga kosa kata tersebut dapat terlihat bahwa lafadz birr memiliki kedudukan yang lebih tinggi dan lebih bermakna luas dari pada lafadz i{\d h}s{\=a}n, sedangkan lafadz i{\d h}s{\=a}n lebih tinggi dari pada lafadz ma?r{\=u}f. Terdapat dua implikasi dalam teori l{\=a} tar{\=a}duf terhadap penafsiran al- Qur?{\=a}n. Pertama, menggambarkan ketelitian diksi al-Qur?{\=a}n dalam memilih kosa kata untuk mengungkapkan makna yang terkandung di dalam setiap ayat. Kedua, diperlukan kecermatan dan kedalaman dalam menjelaskan term-term yang ada dalam al-Qur?{\=a}n, sehingga pesan yang terkandung di dalam al-Qur?{\=a}n dapat terungkap dan tidak menyebabkan distorsi dalam penafsiran al-Qur?{\=a}n.} }