eprintid: 25064 rev_number: 10 eprint_status: archive userid: 6 dir: disk0/00/02/50/64 datestamp: 2017-04-12 04:07:45 lastmod: 2017-04-12 04:07:45 status_changed: 2017-04-12 04:07:45 type: thesis metadata_visibility: show creators_name: ELIS NURKHOLISOH, NIM. 13531189 title: DALAL DALAM AL- QUR’AN (Kajian Semantik) ispublished: pub subjects: iath divisions: jur_ial full_text_status: restricted keywords: DALAL, AL- QUR’AN note: Drs. H. Muhammad Yusron, M.Ag. abstract: Dalal beserta derivasinya dalam al-Qur’an merupakan kata yang sangat menarik untuk diteliti. Karena selama ini, banyaknya pemahaman masyarakat yang memaknai kata dalal dengan “sesuatu yang condong pada kesesatan”. Seperti kata dalal yang disandarkan kepada orang kafir, musyrik,atau orang tercela lainnya karena kesesatan yang telah dilakukan oleh mereka. Hal ini tidak bisa disalahkan, karena ayat al-Qur’an yang menjelaskan pembahasan ini memang banyak. Namun, di sisi lain terdapat beberapa kata dalal yang disandarkan kepada para nabi. Seperti dalam Surah al-Syu‘ara ayat 20 yang disandarkan kepada Nabi Musa dengan redaksi ayatnya“qala fa‘altuha izan wa ana min al-Dallin”. Dalam ayat tersebut, jika kata dalal dimaknai dengan “kesesatan”, maka tidak sesuai dengan kebenaran dan keyakinan yang sebenarnya. Karena apakah mungkin seorang nabi melakukan kesesatan? Maka untuk menjawab pertanyaan di atas, dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan metode deskriptif-analitis dan pendekatan semantik terbatas. Yakni ingin mengkaji lebih dalam makna kata dalal dengan hanya membatasi pada makna dasarnya saja. Makna dasar kata dalal adalah segala sesuatu yang menyimpang baik dilakukan secara sengaja atau tidak, sedikit maupun banyak. Berdasarkan makna dasar ini, maka penulis juga akan membahas mengenai sebabsebab suatu hal dinamakan dalal (menyimpang), akibat-akibat dalal, serta cara agar terhindar dari dalal tersebut. Setelah melakukan penelitian, penulis mendapatkan hasil bahwa kata dalal yang dimaknai dengan „sesat‟ diperuntukkan kepada mereka yang dengan sengaja melakukan perbuatan yang mendorong ia menjadi sesat. Sementara kata dalal yang diperuntukkan kepada nabi tidak dimaknai dengan „sesat‟, tetapi dimaknai dengan „keliru‟ atau „bingung‟, yakni kekeliruan pada saat nabi belum mendapatkan petunjuk. Inilah yang menjadi alasan kesesatan dan kekeliruan diungkapkan dengan memakai kata dalal, karena keduanya termasuk perilaku menyimpang, hanya saja kesesatan dilakukan secara sengaja, sementara kekeliruan, tidak. Adapun hal yang menyebabkan sesuatu dikategorikan dalal adalah karena pelakunya telah melakukan sebuah kesalahan secara sengaja (al-Khata’), seperti seseorang yang melanggar perjanjian dengan Allah. Atau karena al-Nisyan yakni seseorang yang sengaja melupakan sesuatu yang telah dititipkan kepadanya. Atau karena al-Sahwu (keliru), yakni Nabi Musa yang telah membunuh seorang lakilaki secara tidak sengaja. Dan yang terakhir adalah karena seseorang membeli kesesatan dengan petunjuk (isytira’ al-Dalal bi al-Huda). Sementara akibat dari seseorang yang dengan sengaja melakukan perbuatan yang dikategorikan sebagai dalal adalah berupa kerugian dan siksaan yang akan diterima, baik ketika di dunia maupun di akhirat kelak. date: 2017-02-27 date_type: published pages: 154 institution: UIN Sunan Kalijaga department: Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam thesis_type: skripsi thesis_name: other citation: ELIS NURKHOLISOH, NIM. 13531189 (2017) DALAL DALAM AL- QUR’AN (Kajian Semantik). Skripsi thesis, UIN Sunan Kalijaga. document_url: https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/25064/1/13531189_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf document_url: https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/25064/2/13531189_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf