%0 Thesis %9 Skripsi %A Harris Nur Ikhsan NIM : 02530903, %B Fakultas Ushuluddin %D 2009 %F digilib:2514 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Kritik, Matn, Hadits, Muhaddisin, Fuqaha, Studi Kritis, Hasjim Abbas %T KRITIK MATN HADIS VERSI MUHADDISIN DAN FUQAHA' (STUDI KRITIS ATAS PANDANGAN HASJIM ABBAS) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/2514/ %X Kriteria kesahihan yang terpasang untuk kritik matn hadis ternyata berbeda antara tradisi ulama hadis (muhaddisin) dan ulama fiqh (fuqaha dan usuliyyin). Akar perbedaan itu bia ditelusuri berpangkal pada perbedaan paradigma masing-masing ulama terhadap hadis. Dari fenomena diatas penulis berupaya mengkaji pemikiran Hasjim Abbas mengenai kritik matn hadis antara muhaddisin dan fuqaha. Berangkat dari sini maka pokok masalah yang menjadi pembahasan utama adalah, bagaimana identifikasi yang dilakukan Hasjim Abbas dalam membedakan metodologi kritik matn hadis antara muhaddisin dan fuqaha, kemudian bagaimana orisinalitas dan implikasi dari pemikiran Hasjim Abbas tersebut terhadap studi hadis kontemporer. Metode penelitian yang penyusun gunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis, yaitu memaparkan secara komprehensif mengenai pemikiran Hasjim Abbas dari data yang ada kemudian dianalisis. Setelah melakukan penelitian lebih lanjut terhadap pemikiran Hasjim Abbas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Hasjim Abbas mengidentifikasi perbedaan metdologi kritik matn hadis antara muhaddisin dan fuqaha. Muh}addisin mengembangkan metode kritik matn yang berintikan dua kerangka kegiatan dasar, yaitu: pertama, mengkaji kebenaran dan keutuhan teks yang susunan redaksinya sebagaimana terkutip dalam komposisi kalimat matn hadis. Kedua, mencermati keabsahan muatan konsep ajaran Islam yang disajikan secara verbal oleh periwayat dalam bentuk ungkapan matn hadis. Sedangkan tolok ukur kritik matn hadis yang ditradisikan oleh kalangan Muhaddisin yaitu: (a). Tidak menyalahi petunjuk eksplisit dari al-Qur’an, (b). Tidak menyalahi hadis yang telah diakui keberadaannya dan tidak menyalahi data sirah nabawiyah, (c). Tidak meyalahi akal sehat, data empirik dan data sejarah, (d). Berkelayakan sebagai ungkapan pemegang otoritas nubuwah. Sedangkan wilayah perhatian Fuqaha’ dan Usuliyyun terpusat pada upaya mendudukkan hadis pada jajaran dalil-dalil hukum syara’ dan terfokuskan ke sasaran aplikasi doktrinalnya (tatbiq al-syari’ah). Di kalangan Fuqaha’ dan Usuliyyun lebih foknsi doktrinalnya. Adapun tolok ukur kritik matn hadis yang ditradisikan di kalangan fuqaha’ yaitu: (a). konfirmasi hadis dengan al-Qur’an, (b). konfirmasi dengan hadis yang mahfuz, (c). konfirmasi hadis dengan ijma, (d). konfirmasi hadis dengan praktek keagamaan perawi, (e). konfirmasi dengan qiyas. Pemikiran Hasjim Abbas memberikan peluang bagi terbentuknya suatu kajian kritik hadis yang semakin progresif. Hal ini dapat menepis anggapan banyak orang, bahwa selama ini konsentrasi perkembangan ilmu hadis hanya berputar disekitar kajian sanad saja. Dari uraian yang dilakukan Hasjim Abbas terlihat dimana para ulama masa lalu mempunyai perhatian yang besar terhadap matn hadis, dengan indikasi munculnya metodologi kritik matn hadis yang sistematis baik dikalangan muhaddisin dan fuqaha. Selain itu dengan mengidentifikasi perbedaan metodologi kritik matn hadis antara muhaddisin dan fuqaha, membuka wacana baru tentang bagaimana cara baca (model kritik) atas teks matn hadis, kemudian apa yang dianggap sahih dan siap konsumsi, ternyata belum tentu sahih dan siap saji untuk dijadikan pedoman pengamalan dalam kehidupan. %Z Pembimbing : Dr. Suryadi, M.Ag.