%0 Thesis %9 Skripsi %A AL KHIKMAH, NIM. 12530046 %B FAKULTAS USHULUDDIN %D 2017 %F digilib:25267 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K sumpah, benda-benda langit, Ibnu Qyyim %P 132 %T SUMPAH DENGAN MENGGUNAKAN BENDA-BENDA LANGIT DALAM PERSPEKTIF IBNU QAYYIM AL-JAUZIYYAH (TELAAH ATAS KITAB AL-TIBYĀN FĪ AQSĀM AL-QUR’ĀN) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/25267/ %X Skripsi ini mengkaji tentang sumpah Allah dalam al-Qur’an menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyyah dalam kitab al-Tibyān fī Aqsām al-Qur’ān. Kitab ini cukup penting, kitab tematik yang sering menjadi rujukan beberapa tokoh ‘Ulūm al-Qur’ān, bahkan mufassir pada masanya sampai mufassir kontemporer dalam hal pembahasan qasam. Di samping itu, Ibnu Qayyim adalah ulama ensiklopedis yang karyanya lebih banyak mengkaji tentang akidah dan kebersihan jiwa. Tentunya, ciri khas ini tidak akan lepas dari corak penafsirannya. Dalam skripsi ini dapat diketahui mengenai bagaimana penafsiran Ibnu Qayyim mengenai sumpah Allah, namun dalam skripsi ini dibatasi pada ayat-ayat yang mengandung sumpah Allah dengan benda-benda langit, seperti wa al-samā’, wa alsyams, wa al-najm, wa al-qamar, dan lainnya. Artinya, benda-benda langit tersebut oleh Allah SWT dijadikan sebagai sandaran sumpah (muqsam bih) dalam ayat-ayat sumpah sekaligus menegaskan bahwa benda-benda tersebut nerupakan ciptaan Allah SWT yang agung. Penulis menemukan bahwa penafsiran Ibnu Qayyim, khususnya mengenai sumpah Allah dengan benda-benda langit, tidak jauh berbeda dengan penafsiran para mufassir sebelum atau pada masanya. Menurutnya, dijadikannya benda-benda langit (matahari, bulan, dan bintang) sebagai muqsam bih (sandaran sumpah) oleh Allah SWT adalah untuk menunjukkan sekaligus menegaskan bahwa hal-hal tersebut dan isi sumpahnya merupakan bukti rububiyyah, tanda-tanda kekuasaan, dan kesempurnaan sifat-Nya. Semuanya sebagai bentuk pengagungan terhadap ciptaan-Nya yang merupakan bukti eksistensi dan kekuasaan-Nya. Dari sisi metode penafsiran, tafsir bi al-ma’ṡur menjadi ciri yang paling dominan bagi Ibnu Qayyim, sebagaimana yang berkembang pada masa itu. Rujukan penafsiran (pengutipan pendapat) yang digunakannya cenderung sama dengan mufassir lain, seperti merujuk kepada pendapat Ibn ‘Abbās, Mujāhid, ‘Ikrimah, Qatādah, al- Kalbi, al-Zajjāj, dan lainnya. Hal ini, menurut penulis mengindikasikan bahwa penafsiran Ibnu Qayyim tidak jauh berbeda dengan mufassir sebelum dan atau pada masanya. Dengan kata lain, pemikiran mufassir lain cukup memberikan pengaruh besar terhadap penafsirannya. Dari sekian penafsiran mengenai sumpah Allah dengan benda-benda langit, baik Ibnu Qayyim maupun mufassir lain sebelum atau pada masanya, tidak jarang mengemukakan perbedaan pendapat tanpa argumentasi yang mendukungnya selain dugaan mereka bahwa sesuatu yang digunakan Allah untuk bersumpah adalah pasti sesuatu yang agung. %Z M. Hidayat Noor, M.Ag.