@phdthesis{digilib2527, month = {June}, title = {PENAFSIRAN AYAT-AYAT TENTANG SYIRIK (KAJIAN TAFSIR AL-IBRIZ KARYA BISRI MUSTAFA)}, school = {UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta}, author = { Nur Said Anshori NIM: 04531720}, year = {2009}, note = {Pembimbing : Drs. Indal Abror, M.Ag, Dr. Ahmad Baidlowi, S.Ag. M.Si}, keywords = {Tafsir Al Qur'an, Syirik, Bisri Mustofa}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/2527/}, abstract = {Usaha-usaha untuk mengungkapkan kandungan Al-Qur'an telah berabad-abad lamanya sehingga melahirkan banyak mufassir yang tidak hanya berasal dari bangsa Arab saja, namun dari berbagai bangsa termasuk Indonesia. Hasil penafsiran oleh bangsa Indonesia tidak hanya terbatas pada karya tafsir yang berbahasa Indonesia saja melainkan juga tafsir yang berbahasa daerah, di antaranya adalah tafsir al-Ibriz karya Bisri Mustafa Rembang yang berbahasa Jawa yang ditulis dalam kurun waktu 4 tahun antara tahun 1957-1960. Sebagai seorang mufassir daerah, tentunya Bisri Mustafa tidak bisa berpaling dari kondisi sosial masyarakat di sekitarnya yang masih memegang kuat tradisi, dan juga masyarakat yang masih awam terhadap ajaran Islam terutama ajaran ketuhanan. Dengan demikian kebiasaan yang selama ini masyarakatnya lakukan kemungkinan mengandung unsur syirik terutama syirik besar- yang tidak sesuai dengan ajaran agama dan merupakan dosa besar yang tidak termaafkan oleh Allah SWT. Kiranya Bisri Mustafa memberikan penjelasan yang sederhana tentang konsep syirik dalam tafsirnya dengan nuansa kedaerahan yang melingkupinya yang berlatar belakang masyarakatnya tersebut. Syirik sebagai sebuah perilaku terus mengalami perubahan bentuk dan modelnya seiring dengan perubahan dinamika kehidupan masyarakat- yang secara substansinya tidak mengalami perubahan, dengan demikian perlu diketahui sejauh mana Bisri Mustafa menjelaskan konsep syirik melalui penafsirannya dengan nuansa lokalitas yang dimilikinya. Karena Bisri Mustafa merupakan nama yang masyhur kepiawaiannya dalam menjelaskan ayat-ayat Al-Qur'an dengan buah karya tafsir al-Ibriz sebagai tafsir khas lokal yang terkenal hingga saat ini. Kemudian mencoba untuk dikontekskan dengan masa kekinian. Berangkat dari hal tersebut menjadi ketertarikan tersendiri bagi penulis untuk mengkaji sejauh mana penafsiran Bisri Mustafa dalam menafsirkan ayat-ayat tentang syirik dengan nuansa lokalitas yang mengitarinya. Metode yang digunakan adalah metode dokumentasi yang selanjutnya dianalisa dengan metode deskriptif analitis. Khusus dalam penelitian biografi metode penelitian historis yang banyak digunakan. Untuk mencermati makna-makna yang terkandung dalam penafsiran Bisri Mustafa pendekatan yang digunakan adalah pendekatan hermeneutik. Dengan pendekatan ini diharapkan bisa mengkaji dan mengkritisi penafsiran-penafsirannya sehingga mampu mengungkap dan mengakomodir makna yang lebih luas. Karena lingkup hermeneutik menyoroti sebuah pengertian dengan sudut pandang pengarang, pembaca, serta bacaan itu sendiri. Adapun hasil dari penelitian ini adalah penafsiran Bisri Mustafa tentang ayat-ayat yang membahas syirik tidak jauh berbeda dengan penafsiran mufassir lainnya, terutama yang ada di dalam kitab tafsir Jalalain dan tafsir al-Baidawi serta kitab tafsir lainnya. Sehingga penafsiran yang bernuansa kedaerahan tidak begitu kental dan sifatnya hanya sebagai penjelas contoh dari ayat yang ditafsirkan. Oleh karenanya konsep syirik Bisri Mustafa tidak jauh berbeda dengan ulama lainnya, yakni membagi syirik manjadi dua macam syirik besar dan syirik kecil dan Bisri Mustafa mempunyai istilah syirik kasar dan syirik halus. Sedangkan kontekstualisasi dari penafsirannya tersebut adalah perbuatan syirik mengalami perubahan seiring dengan dinamika kehidupan masyarakat, tetapi substansinya sama. Oleh karenanya dibutuhkan penelusuran yang komprehensif dalam masalah tersebut supaya tidak terjebak dalam pentakfiran. } }