eprintid: 25407
rev_number: 11
eprint_status: archive
userid: 82
dir: disk0/00/02/54/07
datestamp: 2017-06-08 06:41:15
lastmod: 2017-06-08 06:41:15
status_changed: 2017-06-08 06:41:15
type: thesis
metadata_visibility: show
creators_name: AHMAD ZAKI MUBAROK, NIM.99532990
title: STRUKTURALISME LINGUISTIK DALAM KAJIAN TAFSIR AL-QUR'AN
KONTEMPORER(Telaah atas Metodologi Penafsiran Muhammad Syahrur)
ispublished: pub
subjects: KA
subjects: T
subjects: qur
divisions: jur_tha
full_text_status: restricted
keywords: LINGUISTIK, TAFSIR AL-QUR'AN, KONTEMPORER, Muhammad Syahrur
note: Prof. Dr. H.M. Amin Abdullah / Ahmad Baidowi, S.Ag., M.Si.
abstract: Cours de Linguistique Generale (Pengantar Linguistik Umum) karya
Ferdinad de Saussure yang diterbitkan secara anumerta setelah kematiannya oleh
murid-muridnya pada tahun 1916, ditengarai merupakan awal kelahiran
Strukturalisme. Sebab, dalam buku tersebut berisi pokok-pokok teori struktural,
dan juga merupakan prinsip-prinsip linguistik modern. Kehadiran karya
monumental Ferdinand de Saussure ini benar-benar dirasakan sebagai suatu
revolusi. Oleh karena itu tidak heran jika Ferdinand de Saussure digelari "Bapak
Strukturalisme" dan sekaligus "Bapak Linguistik Modern".
Meskipun demikian, tanpa disadari oleh Saussure sendiri, buah pikirannya
tersebut telah menyebabkan timbulnya revolusi dalam kajian bahasa. Revolusi
kebahasaan itu, selain disebabkan oleh wawasannya tentang pengkajian bahasa
secara Sinkronis, antara lain juga dilandasi wawasannya tentang keberadaan
bahasa sebagai suatu relasi struktural, dan juga sebagai suatu sistem tanda yang
mengatur relasi antar unsur bahasa. Namun dalam perkembangannya, pokok pokok
linguistik Saussurian dalam PLU (Pengantar Linguistik Umum) tersebut
tidak lagi hanya digunakan pada wilayah kajian linguistik, tetapi mulai merambah
ke berbagai ranah kajian seperti Antropologi, Kritik Sastra, Psikologi, Sosiologi,
Filsafat, Semiotika, dan juga tidak terkecuali dalam Studi al-Qur'an yang
ternyata memiliki peran yang cukup signifikan terhadap perkembangan
pendekatan studi al-Qur'an. Hal ini bisa dipahami, karena pendekatan bahasa
merupakan pendekatan yang lazim dilakukan oleh para ahli maupun ulama tafsir
dalam melakukan studi interpretasi terhadap teks al-Qur'an. Sejarah panjang
peradaban umat Islam telah menunjukkan bahwa dimulai oleh Nabi sendiri,
kemudian parawi tafsir dikalangan sahabat-yang direpresentasikan oleh sosok
Ibn Abbas, sampai munculnya karya tafsir kenamaan yang ditulis di era modern,
dan bahkan para islamisis barat sekalipun tidak ketinggalan untuk menggunakan
pendekatan tersebut. Salah seorang sarjana Muslim kontemporer yang nampak
menggunakan pendekatan linguistik modern adalah Muhammad Syahrur, yang
menggagas Qira'ah Mu'asirah sebagai Hermeneutika al-Qur'an Kontemporernya
atau metodologi penafsirannya, dan juga seorang Doktor Insinyur dalam bidang
Teknik yang sejak dekade 70-an mulai tertarik pada Filsafat, Linguistik dan mulai
merambah studi al-Qur'an. Namun sejauh mana Syahrur memanfaatkan teori-teori
serta prinsip-prinsip linguistik modem gagasan Ferdinand de Saussure atau yang
penulis sebut dengan Strukturalisme Linguistik, dalam metodologi penafsirannya
(Qira'ah Mu'asirah)? serta apakah Syahrur mengadopsinya (Strukturalisme
Linguistik) secara langsung atau tidak langsung? ataukah hanya merupakan suatu
kemiripan dan kebetulan belaka? Dengan kata lain, apakah ada relasi pemikiran
antara Syahrur dan Ferdinand de Saussure, baik secara langsung atau tidak
langsung? Inilah yang menjadi tugas dalam penelitian ini.
Untuk mencapai tujuan tersebut, penulis menggunakan tiga tahap
penelitian. Pertama, menyusun teori substantif atau kerangka teoritis. Adapun
yang menjadi kerangka teoritis untuk menganalisis data dalam penelitian ini
adalah Strukturalisme Linguistik, dengan memaparkan asumsi dasar tentang
hakikat bahasa, Dikotomi Teoritik, serta Prinsip.Prinsip Analisis Strukturalis
sebagai lokus-lokus analisisnya. Kedua, mengumpulkan data yang terkait dengan
Hermeneutika al-Quran Kontemporer Muhammad Syahrur; sedangkan ketiga,
tahap analisis dengan menggunakan dua model analisis. I) Analisis Teoritis
dengan menggunakan kerangka teoritik tersebut sebagai kacamata untuk.
memotret bangunan Hermeneutika al-Qur'an Kontemporernya. 2) Analisis
Historis, untuk mengkaji secara historis relasi pemikiran antara Syahrur dan
Saussure. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1) Metode
Filsafat yang digunakan untuk menyingkap struktur dasar (fundamental structure)
pemikiran teori serta konsep yang sedang dikaji, dan ; 2) Metode Analisis
Sejarah, yaitu upaya memahami fakta dengan menggunakan analisa historis.
Metode pertama digunakan dalam Analisis Teoritis, sedangkan pada Analisis
Historis penulis mengkombinasikan dua metode tersebut.
Dari hasil ketiga tahap penelitian, serta dua model analisis (Teoritis dan
Historis) dengan menggunakan dua metode (Filsafat dan Sejarah) tersebut, maka
diperoleh berbagai kesimpulan bahwa, pada Analisis Teoritis, terdapat banyak
kesamaan, yaitu, 1) pada asumsi dasar tentang hakikat bahasa diantaranya bahasa
adalah sistem, bunyi/vokal, tanda/simbol, komunikasi, konvensi serta arbitrer 2)
Pada prinsip analisis nampak Syahrur sejalan dengan prinsip-prinsip analisis
strukturalis. Adapun mengenai Dikotomi Teoritik Strukturalisme Linguistik yang
nampak mewarnai Qira'ah Mu'asirah Syahrur adalah 1) Sinkroni dan Diakroni,
namun meskipun secara tegas Syahrur mengemukakan bahwa ia
mengkombinasikan dua perspektif tersebut, namun perspektif Sinkronis nampak
lebih dominan; 2) Langue dan Parole. Distingsi ini sejalan dengan terma Qaul dan
Kalam yang dibedakan Syahrur yang digunakan untuk menjelaskan hakikat al Qur'an
sebagai Kalam Allah, merasionalisasi karakter Tasyabuh dalam bahasa
yang kemudian membangun teori Sabat al-Nass wa harakat af-Muhtawa, dan
juga menemukan tesis baru berdasarkan dikotomi ini tentang identitas dan
karakteristik ayat serta iJaz al-qur'an; 3) Sintagmatis dan Paradigmatis, kedua
terma ini dapat disejajarkan dengan konsep Syahrur tentang Mawaqi' al-Nujum
(Sintagmatis) dan Taqatu' al-Ma'lumat (paradigmatis) yang merupakan dua
kaidah dalam Qawaid al- Ta'wil. Kedua model analisis struktural isi ini nampaknya
menjadi salah satu senjata andalan Syarur dalam mengupas berbagai tema dalam
al-Qur'an. Namun terkadang Syahrur tidak konsisten menerapkan kedua model
analisis tersebut terhadap beberapa terma dalam al-Qur'an; 4) Form dan
Substance. Walaupun titik pijak analisis Syahrur adalah Form (kaidah-kaidah
bahasa) Arab, namun ia tidak terperosok kedalam Formalisme yang hanya
menganalisis struktur sintaksis formal bahasa (surface structure) sebagaimana
dipraktikkan oleh para linguis Arab pada masa awal, namun ia juga menetapkan
analisis pada aspek dalam (deep structure) serta berbagai fungsi dari bahasa,
sehingga ia lebih dekat pada Fungsiona1isme yang merupakan percabangan dari
strukturalisme linguistik. Dalam kaitannya dengan Form ini penulis menemukan
beberapa kajian Syahrur yang justru bertentangan dengan Form, sehingga secara
otomatis tidak sistemik atau melawan sistem ; kelima, Signifie dan Signijiant.
Perhatian Syahrur terhadap kedua aspek tanda ini (Signifie : Madlul, Signifiant :
Dal) membawanya pada analisis semiotika (ilm al-Dalalah) yang dapat
dikategorikan pada Semiotika Struktural yaitu semiotika yang khusus menelaah
sistem tanda yang dimanifestasikan melalui struktur bahasa. Dalam hal ini
Syahrur mengatakan bahwa kata-kata (al-alfaz) merupakan perangkat bantu bagi
makna. Hal ini logis dikarenakan bahwa kata-kata adalah merupakan aspek
penanda yang merupakan substansi dari bahasa (bukan Form) yang berupa aspek
material dari bahasa yang bersifat sensoris. Sedangkan makna mempunyai peran
penting dalam rnenentukan signifikansi sebuah teks. Namun yang menjadi tipikal
dari analisis semiotika Syahrur adalah bahwa makna yang ditunjukkan teks tidak
cukup pada tataran leksikal (literal) karena hal itu tidak akan mampu memahami
seluruh makna yang terkandung dalam teks linguistik, melainkan makna yang
terdapat dalam struktur teks dan bukan makna tiap kata secara terpisah. Dengan
demikian Syahrur lebih menekankan makna struktural dari sebuah teks, yang
mana nilai tiap-tiap tanda didalamnya dipengaruhi baik secara linear dengan
tanda-tanda disekelilingnya (sintagmatis), maupun secara asosiatif (paradigmatis).
Sedangkan berdasarkan Analisis Historis penulis menemukan adanya
relasi positif antara Syahrur dan Ferdinand De Saussure. Namun relasi tersebut
tidaklah bersifat langsung karena tidak adanya indikasi bahwa Syahrur mengutip
secara langsung pada karya Saussure. Dengan demikian penulis menemukan
beberapa kemungkian mediator yang "memperkenalkan" Syahrur dengan
pandangan-pandangan, prinsip-prinsip serta teori-teori Strukturalisme Linguistik.
Mediator pertama yang menurut penulis paling kuat mengindikasikan kearah sana
adalah Ja'far Dakk al-Bab yang merupakan guru linguistik Syahrur yang pernah
mengkaji historisitas serta karakteristik linguistik Arab dengan menggunakan
kerangka linguistik modem atau strukturalisme Linguistik; sedangkan mediator
yang kedua adalah Fonnalisme Russia. Hipotesis kedua ini hanyalah merupakan
kemungkinan (throw in) dengan adanya indikasi bahwa Syahrur pernah
mengenyam studi di Moskow -·yang notabene merupakan pusat studi kebahasaan
kaum Formalis-pada masa kejayaan Strukturalisme. Indikator lain adalah adanya
hasil penelitian yang dilakukan oleh Andreas Christmann yang mengatakan bahwa
pendekatan Defamiliarisasi Syahrur, sangat akrab dalam tradisi Formalisme dan
Mazhab Praha, yang mana akar kedua tradisi tersebut berasal dari Linguistik
Saussurian. Adapun hipotesis ketiga yang juga bersifat probabilitis adalah bahwa
secara historis, kajian linguistik arab memang bertipikal strukturalis, disebabkan
oleh karakteristik linguistik Arab tersebut, sehingga mungkin saja Syahrur
mengadopsi pendekatan linguistiknya dari para linguis Arab yang secara
kebetulan mempunyai kemiripan dengan pendekatan strukturalisme. Terkait
dengan hal ini, Syahrur pernah mengemukakan bahwa ia mengenal pandangan pandangan
para linguis Arab dari guru linguistiknya yang bernama Ja'far Dakk al Bab
lewat hasil penelitiannya yang mengkaji historisitas serta karakter struktur
linguistik Arab dengan perspektif linguistik modern (Strukturalisme Linguistik).
Dengan demikian bisa jadi juga kemungkinan bahwa Ja'far dan kajian
strukturalnya inilah yang menjadi kunci keterkaitan Syahrur dengan
Strukturahsme Linguistik.
date: 2005-03-17
date_type: published
pages: 393
institution: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
department: Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam
thesis_type: skripsi
thesis_name: other
citation:   AHMAD ZAKI MUBAROK, NIM.99532990  (2005) STRUKTURALISME LINGUISTIK DALAM KAJIAN TAFSIR AL-QUR'AN KONTEMPORER(Telaah atas Metodologi Penafsiran Muhammad Syahrur).  Skripsi thesis, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.   
document_url: https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/25407/1/BAB%20I%2C%20V%2C%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf
document_url: https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/25407/2/BAB%20II%2C%20III%2C%20IV.pdf