TY - THES N1 - Dr. Muhammad, M. Ag ID - digilib25786 UR - https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/25786/ A1 - ISTNAN HIDAYATULLAH, NIM. 99533071 Y1 - 2004/07/28/ N2 - Semiotika merupakan epistemologi baru dalam doiTiain kefilsafatan.. Epistemologi ini lahir sebagai akumulasi dialektika pemikiran pasca keruntuhan metafisika di Barat. Selain itu, semiotika juga merupakan kelanjutan dari eksistensialisme, fcnomenologi dan hermeneutika. Asumsi dasar yang menjadi tumpuan leori ini adalah bahwasanya semua realitas dapat dipersepsikan dan diposisikan sebagai tanda, manusia merupakan makhluk yang penuh dengan tanda animal symbolicum), serta seluruh eksistensi tanda dipengaruhi dan ditentukan olah eksistensi tanda yang lain (pola rclasionainya dengan tanda-tanda yang lain). Dengan demikian, dalam perspektif teori semiotika, yang dicari adalah dimensi simbolik dari suatu tanda yang dapat dihasilkan melalui analisa relasi-relasi atau kode-kode yang membentuknya. Relasi tersebut dapat berupa relasi internal dan eksternal (sintakmatik, paradigmatik dan simbolik). Semiotika sebagai kerangka teoritik dapat diterapkan dalam konteks kajian keislaman, sebagaimana yang dipraktekkan oleh Muhammed Arkoun, Edward M. Said, serta Akbar S. Ahmed. Mengaplikasikan teori semiotika dalam ranah pemikiran Islam, berarti memposisikan teks keislaman sebagai fenomena tanda, yang dapat dibaca, dikritik dan dimaknai seeara tak terbalas (sesuai dengan limitasi relasi dan kode yang membentuknya). Penelitian ini memilih semiotika Roland Barthes sebagai pendekatan untuk membaca dan menganalisa kisah Musa dan Khidir dalam surat al-Kahfi: 66-82.. Sebagaimana leori semiotika yang lain, semiotika Roland Barthes juga mengasumsikan teks sebagai sebuah tanda yang terbangun oleh elemen-elemen penghubungnya (.signification). Inti dari teori ini adalah bagaimana teks itu bermakna, baik secara linguistik maupun secara ideologis. Selama ini, studi teks kisah dalam al-Qur?an hanya berkutat seputar pertanyaan eksistensial kisah (fakta atau fiktif). Studi-studi tersebut tidak menycntuh sisi makna dan nilai spiritual dari kisah. Melalui pendekatan ini, diharapkan akan mampu membaca dan mengungkap makna dan ide moral dari kisah. Analisa semiotika Roland Barthes, secara metodis dapat dibagi dalam dua kawasan, yaitu sistem linguistik dan sistem mitis (ideologis). Dalam sistem linguistik, makna yang akan dicari hanyalah makna yang besifat etimologis-tekstual. Sedangkan dalam sistem mitis, makna yang akan dicari adalah makna ideologis dari teks kisah tersebut. Makna ideologis dilahirkan melalui proses deformasi sistem linguistiknya.. Dengan kata lain lain, makna ideologis dari kisah tersebut diambil berdasarkan kode-kode yang tampak pada sistem linguistiknya. Tujuan utama dari risalah semiotika Roland Barthes adalah mengungkap makna ideologi dari kisah Musa dan Khidir dalam surat al-Kahfi: 66-82. Makna tersebut merupakan makna konotatif dari kisah tersebut. Kisah Musa dan Khidir merupakan representasi dari sualu karakter, gaya Jiidup live style) bahkan epistemologi dari suatu konteks masyarakat tertentu. Musa dengan karekternya yang empirisis merupakan simulacrum dari konteks niasyarakat yang bernalar bayani (positivistik), sedangkan Khidir dengan karakter pemikirannya yang ilutif dan metafisis merupakan simbol dari konteks masyarakat yang bernalar ?Irfani (metafisis). Kisah ini seakan mcngukuhkan fenomena dialektika antara dua epistemlogi ini yang tclah berlangsung sejak zaman Yunani kuno hingga saat ini. Melalui kode-kode yang ditampilkan dalam teks, keduanya mcmiliki kclemahan dan kelebihan, yang jika disatukan dapat menjadi potensi dan kekuatan baru dalam rnembangun peradaban manusia. PB - UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA KW - Semiotika Roland Barthes M1 - skripsi TI - KISAH MUSA DAN KHIDIR DALAM AL-QUR?AN SURAT AL-KAHFI: 66-82 (STUDI KRITIS DENGAN PENDEKATAN SEMIOTIKA ROLAND BARTHES) AV - restricted ER -