@phdthesis{digilib25875, month = {June}, title = {METODOLOGI PEMBACAAN KONTEMPORER MUHAMMAD SYAHRUR Kajian Hermeneutik terhadap Buku Al-Kitab Wa AI-Qur'in: Qira'ah Mu'asirah)}, school = {UIN Sunan Kalijaga}, author = {NIM. 98532665 BURHANUDIN}, year = {2004}, note = {1. Drs. H. Chumaidi Syarief Romas, M.Si 2. Abdul Mustaqim, M.Ag}, keywords = {Hermeneutik, Muhammad Syahrur}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/25875/}, abstract = {Pada September 1990, dunia pemikiran ]slam segera mengenal Mu{\texttt{\char126}}ammad Sya{\texttt{\char126}}riir sebagai tokoh yang kontroversial, tepatnya setelah ia meluncurkan karyanya al-Kitib wa al-Qur'in: Qiri'ah Mu'i\$irah. Ia berpendapat bahwa al-Qur'an seharusnya dibaca seolah-olah "Rasulullah baru saja wafat dan memberitahukan kepada kita tentang Kitab tersebut." Sya{\texttt{\char126}}riir menerapkan pembacaan kontemporer (qira 'iih mu'i\$irah) untuk mendekontsruksi sekaligus merekonstruksi konsep, teori, dan paradigma yang telah mapan menjadi main stream pemahaman, pemikiran, bahkan keyakinan mayoritas umat islam. Berdasarkan analisis kritis dengan pendekatan hermeneutika kritis, peneliti berhasil memetakan bangunan metodologi Syal)rur menjadi dua tataran stTuktur. Struktur luar terdiri dari 1) Asumsi terhadap bahasa sebagai satu-satunya media memahami pesan Tuhan. Bahwa bahasa terkait erat dengan pernikiran, tidak. tumbuh seketika, dan merupakan sebentuk sistem. Selain sebagai sarana identifikasi, bahasajuga berperan sebagai media komunikasi. 2) Asumsi terhadap objek pemahaman bahwa al-Qur'an merupakan kitab berbahasa Arab otentik yang rnemiliki dua sisi kemukjizatan, sastrawi dan ilmiah Untuk memahami aspek sastrawi al-Qur'an perlu digunakan pendekatan deskriptif-signifikatif, sedangkan aspek ilmiahnya harus dipahami dengan pendekatan historis-ilrniah, yang keduanya diletakkan dalam bingkai studi linguistik. Pendekatan pertama dilakukan dengan cara memadukan analisa sastra dengan analisa gramatika. Sedangkan pendekatan kedua menuntut penolakan terhadap fenomena sinonimitas ( al-tariduf\} dalam bahasa dan menuntut studi yang mendalam terhadap setiap terma yang selama ini dianggap sinonim. Struktur dalam terdiri dari: 1.) Asumsi ftlosofis bahwa wahyu tidak bertentangan dengan akal dan realitas. 2) Asurnsi metodologis bahwa objek yang berbeda didekati dengan metode yang berbeda. Al-Qur'an memiliki karakter dasar bentuk tekstualnya tetap dan kandungannya bergerak bersama pernahaman manusia terhadapnya. Skripsi ini juga mendeskripsikan bahwa qiri'ah mu 'ii;;irah rnerupakan metode {\ensuremath{<}}ian strategi Syah:rur untuk rnemunculkan beragam asumsi, pendekatan, teori, dan metode baru dalam memahami pesan Tuhan yang disebutnya ai-Kitiib. Qiri'ah mu'i{\texttt{\char126}}irah bertumpu pada lima tahapan strategi, yaitu identifikasi, dekonstruksi, analisis, sistematisasi, dan rekonstruksi. Sya{\texttt{\char126}}riir memadukan tiga arus besar ilrnu pengetahuan, yakni linguistik, filsafat dan ilmu-ilmu alam (matematika, biologi, kimia, fisika). Sya{\texttt{\char126}}rur menerapkan teori takwil beserta enam prinsipnya untuk rnemahami ayat-ayat mutasyibihat dan rnenerapkan teori lfudiicl beserta prinsip-prinsip ijtihad kontemporer untuk rnemahami ayat-ayat muiJkamat sehingga menghasilkan produk hukum yang sejalan dengan dinamika perkernbangan masyarakat. Berbekal pemetaan di atas, skipsi ini berusaha melakukan kritik untuk menguji sejauh mana konsistensi metodologi pembacaan kontemporer Sya{\texttt{\char126}}riir ketika diaplikasikan terhadap teks Kitab Suci.} }